Kata ‘slebew’ menjadi trending seiring dengan populernya komunitas SCBD (Sudirman, Citayam, Bojonggede, dan Depok) atau yang dikenal dengan Tren Citayam Fashion Week. Namun, tahukah Anda bahwa kata ini memiliki arti yang kurang pantas dan termasuk ungkapan untuk memperhalus istilah dewasa agar tidak terdengar vulgar? Kata ‘slebew’ tidak terdaftar dalam KBBI, tetapi jika ditelusuri, dapat diterjemahkan sebagai ‘tidur nyenyak’. Karena alasan ini, Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo) memblokir kata ‘slebew’ karena terkait dengan ratusan situs dewasa.
Berbicara tentang kata ‘slebew’ yang memiliki makna kurang pantas, bagaimana pandangan Islam terhadap ucapan atau tutur kata kotor? Dalam Islam, bertutur kata yang baik merupakan bagian dari menjaga moral. Mengucapkan kata-kata kotor sangat dihindari bagi seorang Muslim karena dianggap perilaku buruk. Satu perbuatan buruk bisa menjadi pemicu keburukan lainnya. Rasulullah (SAW) bersabda:
مَا كَانَ الْفُحشُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ، وَ كَانَ الْحَيَاءُ فِي شَيْءٍ قَطُّ إِلاَّ زَانَهُ
Artinya: “Tidaklah kekejian (tidak punya malu dalam hal ucapan dan perbuatan) ada pada sesuatu kecuali akan membuatnya jelek, dan tidaklah sifat malu ada pada sesuatu kecuali akan membuatnya indah.” (HR Ibnu Majah)
Dari hadits ini, Syekh Syarafuddin ath-Thibi berkomentar bahwa satu keburukan dapat menjadi pintu masuk bagi keburukan lainnya, sedangkan satu kebaikan dapat memicu kebaikan yang lain. Oleh karena itu, ucapan kotor harus dihindari karena bisa menimbulkan keburukan-keburukan lainnya. Menjaga lisan dari ucapan kotor adalah tindakan preventif agar tidak terjerumus dalam perbuatan-perbuatan buruk lainnya.
Rasulullah (SAW) juga menyampaikan bahwa ucapan kotor adalah moral yang sangat buruk dan dapat mempengaruhi berat timbangan amal perbuatan di akhirat. Beliau bersabda:
مَا شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي مِيْزَانِ الْمُؤْمِنِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ خُلُقٍ حَسَنٍ وَإِنَّ اللهَ لَيُبْغِضُ الْفَاحِشَ الْبَذِيْءَ
Artinya: “Sesungguhnya tidak ada sesuatu apapun yang paling berat di timbangan kebaikan seorang mu’min pada hari kiamat seperti akhlak yang mulia, dan sungguh-sungguh Allah benci dengan orang yang lisannya kotor dan kasar.” (HR Tirmidzi)
Dalam hadits lain, Rasulullah (SAW) memperingatkan umatnya untuk berhati-hati dalam menyampaikan ucapan. Kata-kata yang tidak dipikirkan dengan matang dapat menyebabkan Allah murka, sehingga penuturnya bisa dimasukkan ke dalam Neraka Jahannam. Sebaliknya, ucapan yang baik dapat membawa seseorang kepada kedudukan mulia di sisi Allah.
Imam an-Nawawi mengingatkan kita untuk selalu menjaga lisan. Sebaiknya, sebelum mengucapkan sesuatu, kita berpikir matang-matang tentang manfaat atau mudharat dari ucapan tersebut. Jika ucapan itu bermanfaat, silakan sampaikan. Namun, jika tidak, lebih baik diam.
Dengan demikian, kita sebagai Muslim harus berhati-hati dalam memilih ucapan. Jangan hanya karena sebuah istilah sedang tren, kita ikut-ikutan mempopulerkannya, apalagi jika itu mengandung makna kotor dan vulgar seperti ungkapan ‘slebew’.
Sebagai penutup, marilah kita ingat bahwa isi sebuah ucapan ada di dalam hati, sementara lisan hanya sebagai perantara. Wallahu a’lam.