Hari raya Idul Fitri adalah hari yang penuh berkah bagi umat Islam, di mana mereka kembali ke fitrah setelah menjalankan ibadah puasa. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, terdapat pelajaran berharga dari kisah hidup Malik bin Dinar, seorang tabi’in yang dikenal dengan perjalanan spiritualnya yang mendalam.
Malik bin Dinar lahir dari keluarga kaya dan memiliki jabatan tinggi di kerajaan pada masa Dinasti Bani Umayyah. Namun, kehidupannya yang berlimpah harta justru membawanya terjerumus dalam perbuatan maksiat, seperti minum khamar dan berfoya-foya. Suatu ketika, ia membeli seorang budak cantik dan hidup dalam kesenangan duniawi.
Kehidupan Malik mulai berubah setelah kehilangan anaknya yang sangat dicintainya. Kesedihan mendalam mengingatkan Malik akan kesalahan-kesalahan yang telah ia perbuat. Suatu malam di pertengahan bulan Sya’ban, saat ia terlelap dalam keadaan mabuk, Malik bermimpi kiamat telah tiba. Dalam mimpinya, ia melihat ular besar yang hendak memangsa dirinya, dan ia berlari ketakutan.
Di tengah kepanikan, Malik bertemu dengan seorang syekh berpakaian putih yang menyuruhnya untuk berlari. Namun, ular itu terus mengejarnya. Saat ia melihat anaknya yang telah meninggal, sang anak berusaha menolongnya dari ancaman ular tersebut. Dalam mimpinya, anaknya berkata bahwa ular itu adalah perbuatan buruknya, sementara syekh adalah amal baik yang telah ia lemahkan.
Setelah terbangun, Malik bin Dinar merasakan penyesalan yang mendalam. Ia segera menghancurkan semua botol minuman kerasnya dan bertobat kepada Allah (SWT). Kisah ini menggambarkan bagaimana peristiwa tragis dapat menjadi titik balik untuk berbenah diri dan kembali kepada jalan yang benar.
Dari kisah Malik bin Dinar, kita belajar bahwa meski seseorang telah terjerumus dalam dosa, selalu ada kesempatan untuk bertaubat dan memperbaiki diri. Bulan Sya’ban, sebagai waktu yang penuh berkah, menjadi momentum bagi kita untuk merenungkan tindakan kita dan berusaha untuk lebih dekat kepada Allah.
Semoga kita dapat mengambil hikmah dari kisah ini dan berusaha untuk meningkatkan kualitas ibadah serta akhlak kita, menjauhi perbuatan yang tidak baik, dan selalu bersyukur atas nikmat yang diberikan. Wallahu a’lam.