- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Menyikapi Kontak Erat dan Isolasi Mandiri Saat Pandemi Covid-19

Google Search Widget

Banyak orang merasa takut dan khawatir setelah mendengar bahwa orang terdekat mereka terpapar pandemi Covid-19, terutama jika mereka termasuk kontak erat dengan individu yang dinyatakan positif. Kekhawatiran ini bukan hanya terkait dengan kesehatan diri sendiri, tetapi juga tentang kemungkinan telah berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Mengingat Covid-19 terbukti menular dengan cepat, kekhawatiran tersebut sangat beralasan. Namun, tidak semua orang yang melakukan kontak erat akan positif setelah dites.

Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa fenomena kontak erat memerlukan kewaspadaan dan kesadaran diri. Kewaspadaan berbeda dengan ketakutan berlebihan; orang yang waspada dapat mengendalikan diri tanpa rasa khawatir yang berlebihan. Kesadaran untuk mengikuti prosedur lanjutan setelah dinyatakan kontak erat membutuhkan rasa kepedulian dan empati terhadap sesama. Seseorang yang termasuk kontak erat berarti mengetahui bahwa orang yang dekat dengannya sedang sakit, dan ia harus menjaga kesehatan agar tetap aman bagi orang lain.

Banyak yang mempertanyakan mengapa harus isolasi mandiri meskipun hasil tes negatif. Berbeda dengan negara lain yang tidak memberlakukan pembatasan bagi kontak erat, Indonesia menerapkan prinsip kehati-hatian dengan menganjurkan isolasi mandiri. Daripada mengeluh, lebih baik meneladani amalan seorang tabi’in bernama Mutharrif, yang melakukan isolasi mandiri saat terjangkit thaun meskipun tidak terpapar.

Apabila orang yang kontak erat dinyatakan negatif, ia patut bersyukur dan tetap mengamati kondisi kesehatan tubuhnya. Masa inkubasi virus berkisar 2-3 hari setelah paparan, dan gejala biasanya muncul setelah 5 hari. Pada masa ini, isolasi mandiri dan penerapan protokol kesehatan sangat dianjurkan. Jika setelah 5 hari tidak ada gejala atau hasil tes ulang negatif, ia dapat beraktivitas kembali dengan tetap menjaga protokol kesehatan.

Jika hasil tes orang yang kontak erat positif, maka ia perlu bersabar dan berprasangka baik kepada Allah (SWT). Sangat manusiawi jika orang yang menjadi sumber kontak erat merasa bersalah jika orang di sekitarnya terpapar. Namun, semua yang terjadi adalah bagian dari takdir Allah. Seringkali, orang yang menjadi sumber kontak erat tidak menyadari bahwa dirinya terinfeksi Covid-19, sehingga ketika dinyatakan positif, orang di sekitarnya menjadi kontak erat.

Pasien yang menjadi sumber kontak erat perlu menjalani isolasi mandiri dan pengobatan. Ketika dinyatakan positif, baik dengan atau tanpa gejala, ia perlu memperbanyak doa untuk dirinya dan kebaikan orang lain yang berkontak erat dengannya. Permohonan maaf dan doa untuk orang-orang di sekitarnya juga sangat penting. Orang-orang yang termasuk kontak erat perlu merespons dengan bijak permohonan maaf tersebut, memberikan dukungan dan tidak menyalahkan.

Dalam konteks ini, menemui orang yang sakit tidak harus dilakukan secara langsung, tetapi bisa melalui media yang ada. Sikap yang seharusnya diterapkan adalah tidak saling menyalahkan, yang membutuhkan keikhlasan dan empati. Dengan menumbuhkan hal-hal positif ini, akan muncul keinginan untuk saling menjaga dan mendoakan satu sama lain.

Dengan kesadaran dan tindakan yang bijak, kita dapat menghadapi tantangan ini dengan lebih baik dan menjaga kesehatan diri serta orang-orang di sekitar kita.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 12

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?