Suatu hari, Atha dan Ubaid bin Umair mengunjungi Sayyidah Aisyah (RA) dan meminta beliau untuk menceritakan perbuatan Rasulullah (SAW) yang paling mengherankan baginya. Mendengar permintaan itu, air mata Aisyah mengalir, terharu mengenang peristiwa malam yang sangat istimewa. Dalam ingatannya, malam itu adalah momen yang berbeda dari malam-malam lainnya.
Aisyah (RA) menceritakan bahwa suatu malam, Rasulullah (SAW) mendatanginya, naik ke atas kasurnya dan masuk ke dalam selimut sehingga kulit mereka bersentuhan. Nabi (SAW) kemudian berbisik, “Wahai putri Abu Bakar, biarkan aku beribadah kepada Tuhan malam ini.” Aisyah (RA) dengan penuh kasih mengizinkan suaminya untuk beribadah.
Setelah itu, Rasulullah (SAW) mengambil geriba, wadah kulit untuk menyimpan air, dan mulai berwudhu. Ia menggunakan air lebih banyak dari biasanya. Setelah menyelesaikan wudhu, Rasulullah (SAW) melanjutkan dengan shalat malam. Air mata beliau menetes dan membasahi dadanya sepanjang shalat, baik saat berdiri, rukuk, maupun sujud. Perasaan haru ini terus mengalir hingga Bilal mengetuk pintu untuk mengabarkan datangnya waktu Subuh.
Aisyah (RA) bertanya kepada Nabi (SAW), “Wahai utusan Allah, apa yang membuatmu menangis? Padahal, Allah telah menjanjikan pengampunan dosamu yang dahulu dan yang kemudian.” Nabi (SAW) menjawab, “Apakah aku tidak boleh menjadi hamba yang pandai bersyukur dan tahu berterima kasih?” Ia kemudian merujuk kepada Surat Ali Imran ayat 190: “Sungguh dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.”
Kisah ini diangkat oleh Imam Al-Qusyairi dalam kitab “Ar-Risalatul Qusyairiyah,” yang menunjukkan bagaimana ekspresi syukur Nabi Muhammad (SAW) kepada Allah (SWT). Ibadah bagi beliau bukan sekadar kewajiban, tetapi merupakan wujud rasa terima kasih atas segala nikmat yang dianugerahkan kepada umat manusia.
Dengan demikian, kita diajarkan untuk tidak hanya melaksanakan ibadah sebagai kewajiban, tetapi juga sebagai bentuk syukur atas segala karunia yang telah diterima. Wallahu a’lam.