Pujian sering kali menjadi hal yang menyenangkan, namun bisa juga menjadi jebakan bagi seseorang. Imam Al-Ghazali menekankan bahwa penting bagi kita untuk menyadari bahwa pujian orang lain tidak selalu mencerminkan kebenaran tentang diri kita. Dalam kitab “Ihya Ulumiddin,” beliau mengingatkan bahwa kita seharusnya tidak terjebak dalam kebanggaan atas pujian yang diberikan, karena hanya diri kita sendiri yang benar-benar mengetahui kualitas dan kekurangan yang ada dalam diri kita.
Salah satu nasihat berharga dari Sayyidina Umar bin Khattab (RA) adalah bahwa seseorang yang bertakwa kepada Allah tidak akan melampiaskan kemarahannya. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian diri dan kesadaran akan kekurangan diri adalah kunci untuk menghindari sikap sombong ketika menerima pujian.
Imam Al-Ghazali juga menyebutkan bahwa ada beberapa kelompok yang perlu kita perhatikan ketika menerima pujian. Pertama, orang yang menyimpan dengki dan benci, yang akan menganggap semua pujian sebagai hal yang salah. Kedua, orang yang memiliki sedikit pengetahuan dan meremehkan orang lain. Ketiga, orang yang sulit menerima penjelasan. Keempat, orang yang memiliki hati bersih dan siap untuk menerima nasihat.
Syekh Uwais al-Arzanjani menegaskan bahwa ucapan kita mencerminkan apa yang ada dalam hati. Oleh karena itu, menjaga kebersihan hati sangat penting agar ucapan kita juga baik. Ketika kita menerima pujian, kita harus bersikap rendah hati dan ingat bahwa pujian tersebut tidak mengubah siapa diri kita sebenarnya.
Dalam konteks ini, Imam Ibnu Athaillah juga mengingatkan bahwa orang yang merasa bangga dengan pujian adalah orang yang paling bodoh. Hal ini karena ia mengabaikan kenyataan bahwa di balik setiap amal baik, ada dosa dan kesalahan yang mungkin tidak terlihat oleh orang lain. Sementara itu, Allah SWT telah menutupi aib-aib kita, dan kita seharusnya bersyukur atas rahmat tersebut.
Syekh Harits al-Muhasibi memberikan analogi bahwa orang yang senang dengan pujian sama halnya dengan orang yang bangga dengan kotoran yang sebenarnya menjijikkan. Pujian yang diterima tidak boleh membuat kita melupakan dosa-dosa yang telah kita lakukan. Oleh karena itu, penting untuk tetap rendah hati dan tidak terjebak dalam pujian.
Dengan demikian, kita diingatkan untuk menyikapi pujian dengan bijak. Pujian seharusnya menjadi motivasi untuk terus berbuat baik dan memperbaiki diri, bukan alasan untuk merasa lebih baik dari orang lain. Mari kita berusaha untuk menjaga hati dan lisan kita agar selalu selaras dengan akhlak yang baik, serta berterima kasih kepada Allah atas segala nikmat yang telah diberikan. Wallahu a’lam.