Dakwah dalam Islam memiliki posisi yang sangat sentral dan strategis. Melalui dakwah, kita mengkomunikasikan ajaran Islam kepada masyarakat, di mana seorang dai menyampaikan pesan kepada mad’u (orang yang diajak berdakwah), dan mad’u tersebut menerima serta mengolah pesan tersebut. Dalam proses ini, diharapkan terjadi perubahan positif dalam kepercayaan, sikap, dan perilaku mad’u menuju kebaikan yang lebih Islami.
Imam Al-Ghazali menekankan pentingnya sikap lemah lembut dalam berdakwah. Beliau mengingatkan bahwa sikap ini merupakan bagian dari rahmat Allah yang harus dimiliki oleh setiap dai. Jika kita melihat sejarah dakwah Rasulullah (SAW), beliau selalu bersikap ramah dan tidak pernah menggunakan kata-kata kasar atau kekerasan dalam menyebarkan ajaran Islam. Kelemahlembutan ini menjadi daya tarik yang kuat, sehingga banyak orang tertarik untuk mengikuti ajaran beliau.
Salah satu prinsip penting dalam berdakwah adalah menggunakan pendekatan yang baik. Al-Qur’an menyatakan, “Serulah mereka ke jalan Tuhanmu dengan hikmah dan nasihat yang baik serta bantahlah mereka dengan cara yang lebih baik” (QS An-Nahl [16]: 125). Dari ayat ini, kita dapat memahami bahwa ada tiga metode yang dapat digunakan dalam berdakwah:
- Hikmah: Menggunakan dalil yang jelas untuk menampakkan kebenaran dan menghilangkan kesamaran.
- Maw‘izhah Hasanah: Memberikan peringatan yang baik yang dapat menyentuh akal dan hati.
- Jidal Billati Hiya Ahsan: Melakukan debat dengan cara yang lembut dan tidak kasar.
Dalam konteks ini, penting untuk diingat bahwa dakwah tidak hanya ditujukan kepada umat Islam, tetapi juga kepada seluruh umat manusia, sesuai dengan prinsip Rahmatan lil ‘Alamin. Hal ini menunjukkan bahwa kita harus menyampaikan kebaikan dengan cara yang baik dan benar.
Seorang pakar tasawuf, KH M. Luqman Hakim, menjelaskan bahwa pendakwah yang baik adalah manifestasi dari manusia-manusia yang penuh rahmat. Seperti misi Rasulullah (SAW) yang adalah rahmat bagi seluruh alam, umatnya juga harus meneladani sikap tersebut. Dakwah yang sejuk, lemah lembut, dan ramah terhadap realitas sosial adalah wujud nyata dari ajaran Rasulullah yang berpijak pada wahyu Tuhannya.
Dengan demikian, para pendakwah tidak hanya dituntut untuk mempelajari sumber-sumber ajaran Islam, tetapi juga harus memahami dan mengintegrasikannya dengan karakter dan kondisi sosial masyarakat. Semoga kita semua dapat menjadi dai yang baik, menyebarkan kebaikan, dan menjaga hubungan baik dengan sesama. Wallahu a’lam.