Kata “khusyuk” sering kali kita dengar, terutama dalam konteks ibadah shalat. Khusyuk berkaitan erat dengan pelaksanaan shalat yang dilakukan dengan tenang, baik secara lahiriah maupun batiniah. Hal ini ditegaskan dalam Surat Al-Mukminun ayat 1-2, yang menyatakan bahwa shalat khusyuk merupakan salah satu sifat orang beriman yang beruntung. Dalam ayat tersebut, Allah berfirman, “Sungguh beruntung orang-orang yang beriman, yaitu orang yang khusyuk dalam shalatnya.”
Pengertian khusyuk secara bahasa adalah ketundukan atau kepatuhan kepada Allah (al-inqiyad lil haqq). Dalam Kitab Ar-Risalah Al-Qusyairiyyah, Al-Qusyairi mengutip berbagai pandangan para ulama mengenai khusyuk. Beberapa ulama mendefinisikan khusyuk sebagai pendirian hati di hadapan Allah dengan perhatian yang terfokus. Ada juga yang menyatakan bahwa kekhusyukan hati berarti mengendalikan pandangan mata.
Tanda-tanda orang yang khusyuk dapat dilihat dari sikapnya ketika menghadapi situasi yang memancing kemarahan atau ketika janjinya dilanggar. Muhammad bin Ali At-Tirmidzi menjelaskan bahwa orang yang khusyuk adalah mereka yang mampu memadamkan api syahwatnya, memiliki hati yang hidup, dan tampak tenang dalam perilakunya. Al-Hasan Al-Basri menambahkan bahwa khusyuk adalah rasa takut yang selalu ada dalam hati kepada Allah. Sementara itu, Imam Junaid menyatakan bahwa khusyuk adalah kerendahan hati di hadapan Allah yang Maha Mengetahui segala sesuatu.
Abu Ali Ad-Daqaq juga menjelaskan kekhusyukan dengan merujuk pada Surat Al-Furqan ayat 63, yang menggambarkan hamba Allah yang berjalan dengan merendah. Kata “merendah” di sini mengandung makna tawadhu dan khusyuk. Para ulama sepakat bahwa khusyuk bersemayam di dalam hati, sementara pembawaan lahiriah hanya merupakan gejala atau tanda dari kekhusyukan itu sendiri.
Pentingnya khusyuk dalam shalat tidak dapat dipandang sebelah mata, karena hal ini berkaitan langsung dengan kualitas ibadah seorang mukmin. Menariknya, ada peringatan dari Sahabat Hudzaifah yang menyatakan bahwa kekhusyukan adalah hal pertama yang akan hilang dari umat Islam di masa mendatang. Oleh karena itu, menjaga kekhusyukan dalam shalat harus menjadi perhatian utama bagi setiap Muslim. Wallahu a’lam.