Guruku dulu mengatakan: “Dalam Asma yang tertinggi, orang dapat meningkat ke langit (mencapai martabat yang tinggi).”
Dalam tingkat makrifat, hamba Allah dapat melihat segala yang ajaib, yang aneh-aneh, serta segala rahasia yang besar dan kaifiat yang agung serta hakikat.
Imam Ghazali berkata, “Makrifat itu berada di atas semua jalan dan Wasilah yang penting dan besar. Yang demikian itu adalah Wasilah Al-Kasyafful Al-Bathini atau Wasilatul Ilham ar-Ruhi, yang membawa manusia kepada sifat-sifat yang baik, membersihkan hati, dan menjauhkan diri dari cara berpikir orang-orang materialis.
Maka lingkup Allah ada di Nur Muhammad itu sendiri di dalam perkataan kun fayakun, dan Nur Muhammad itu sendiri berada dalam lingkup dari pada Nur Dzat. Semesta sekalian alam semesta ini adalah perbuatan Nur juga; maka barang siapa belum tahu jalan ini, jangan membaca ini karena akan menjadikan sesat dirinya. Namun, jika sudah tahu, bacalah, karena inilah ilmu yang haq.
Syariat tanpa hakikat hampa, dan hakekat tanpa syariat bathil atau sia-sia. Adapun yang bernama Rahasia itu adalah Sirr Allah juga. Muhammad itulah yang bernama Rahasia Sirr Allah. Adapun wujud itu adalah wujud Allah Ta’ala; sekali-kali jangan ada wujud lain daripada Allah Ta’ala, inilah sebenar-benarnya diri. Begitu pula kelakuan, jangan ada yang lain, karena jika ada, maka menjadi nafsiah hamba juga.
Nafsiah Rabbah itu tidak menerima salah satu melainkan suci lahir batin. Dzat artinya wujud Allah semata-mata; itu adalah yang sebenar-benarnya diri kita.
Jangan ragu lagi pada kata ini: baik berjalan itu wujud Allah, melihat itu bashar Allah, berkata-kata itu kalam Allah, dan lain-lainnya. Jangan ada wujud lain; jika ada, maka batal.
Firman Allah: “Ana fi dzhoni abdi.” Artinya: “Aku berada dalam prasangka hambaku.”
MASYAALLAH, ALLAHU AKBAR.
Sumber: Erman Efrizal
https://www.facebook.com/share/p/NdmNijLZcaXqFopb/