- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kisah Seorang Alim dan Sekeranjang Walnut

1 week ago

< 1 min read

Ada seseorang yang datang menemui Syekh dan berkata, “Wahai Syekhku, aku mencintaimu, aku sudah bersamamu selama 27 tahun. Aku selalu melayanimu, aku membersihkan apa saja, aku seorang alim dalam Syariah, tafsir, hadits, dan al-Qur’an suci. Selama 27 tahun ini aku tidak pernah mengatakan, ‘tidak’ kepadamu, tetapi engkau tidak memberikan amanahku.”

“Kau tidak membukakannya untukku, tetapi aku lihat yang lain, mereka tidak punya banyak ilmu dan mereka tidak tahu apa-apa, tetapi engkau tuangkan ke dalam hati mereka, engkau bukakan bagi mereka. Ada apa denganku, mengapa engkau tidak memberikannya kepadaku?”

Beliau berkata, “Kau menginginkannya? Baiklah! Sekarang kau pergi ke pasar, ambil keranjang, isi dengan kacang walnut. Kau duduk di pintu masuk masjid dan kepada setiap orang yang datang katakan, ‘Silakan ambil sebutir walnut dan pukul aku sekali atau 2 walnut untuk 2 kali pukul.’ Ini adalah pekerjaanmu dan sampai keranjang itu habis, baru kembali kepadaku.”

Orang itu menatap pada Syekh dan berkata, “Kau berbicara kepadaku seperti ini? Aku adalah seorang alim, dan kau memerintahkan aku untuk melakukan hal itu? Beliau mengatakan, “Ya, itulah yang menghambatmu untuk mencapai amanahmu: ujub dan takaburmu.” Jadi sekarang bila kita mempunyai sifat ujub dan takabur, tentu saja tidak ada pembukaan.

Itulah sebabnya Awliyaullah tersembunyi sekarang. Mereka tidak memberikan ilmu dan asrar ini karena tidak ada orang yang cocok untuk itu. Tidak ada orang yang siap untuk menerima permata itu. Ketika kalian mampu membawa permata itu, mereka tidak akan menahannya untuk kalian, mereka tidak akan menyembunyikannya dari kalian. Mereka menyimpannya di tempat yang aman bagi kalian untuk diambil pada Hari Perhitungan jika kalian tidak bisa mengambilnya di dunia. Sudah pasti amanah kalian akan diberikan pada Hari Perhitungan.

— Mawlana Shaykh Hisham Kabbani

Bagikan postingan ini

Copy Title and Content
Content has been copied.

Baca lebih lanjut

Postingan Terkait

Temukan koleksi postingan blog yang penuh wawasan dan menarik.

Menerima Semua Orang

Jika kalian ingin mengikuti seorang yang baik, maka orang yang baik itu haruslah orang yang tidak menolak orang ini, orang yang tidak mengusir orang itu,

Naqsyabandiyah

7 Tingkatan Nafsu

[*] An-nafs, ‘aql, qalb, ruh, dan sirr adalah nama-nama untuk satu hal, yang lembut, bersifat ketuhanan, bersifat cahaya, disimpan pada objek yang bersifat jasmani dan gelap. Munculnya perbedaan

Naqsyabandiyah

5 Janji Tarekat

Fatwa Yang Mulia Abu: Lima Janji Thariqat Murobbi Ruhina, Sang Mahkota Ahli Makrifat yang memiliki kesabaran yang sangat tinggi dan Penyeru yang mengajak kearah kebaikan,

Naqsyabandiyah

Makrifat dan Hakikat Ilahi

Guruku dulu mengatakan: “Dalam Asma yang tertinggi, orang dapat meningkat ke langit (mencapai martabat yang tinggi).” Dalam tingkat makrifat, hamba Allah dapat melihat segala yang

Naqsyabandiyah

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?