- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Menggali Pemikiran Tasawuf Syekh Ibnu Arabi

12 months ago

2 min read

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Alhamdulillah, kita dapat berkumpul dalam majelis ilmu ini untuk membahas tema yang sangat menarik, yaitu pemikiran tasawuf dari Syekh Ibnu Arabi. Beliau lahir di Andalusia, Spanyol, pada abad ke-13, dan dikenal sebagai salah satu tokoh sufi yang sangat berpengaruh dalam tradisi tasawuf Islam. Syekh Ibnu Arabi adalah sosok yang memadukan antara ilmu filsafat dengan tasawuf, menciptakan kolaborasi yang mendalam antara kedua disiplin ilmu tersebut.

Syekh Ibnu Arabi dikenal dengan konsep wahdatul wujud, yang berarti satu kesatuan hakiki dari segala sesuatu. Konsep ini menggambarkan hubungan antara makhluk dan Sang Khalik, di mana Allah adalah satu-satunya yang wujud secara hakiki. Dalam pandangan beliau, ungkapan “la maujuda illallah” menunjukkan bahwa tidak ada yang ada selain Allah. Namun, pemahaman ini sering kali disalahartikan oleh sebagian orang yang menganggapnya bertentangan dengan ilmu tauhid.

Penting untuk diingat bahwa para ulama berbeda pendapat mengenai ajaran Syekh Ibnu Arabi. Beberapa menganggapnya kontroversial dan bahkan ada yang sampai mengkafirkan beliau. Namun, banyak juga ulama yang mendukung dan memberikan penjelasan serta syarah terhadap ajaran-ajarannya. Contohnya, Imam Al-Ghazali dan Imam Al-Suyuthi adalah beberapa di antara mereka yang mengakui keilmuan Syekh Ibnu Arabi dan menyarankan agar pemahaman terhadap kitab-kitabnya dilakukan dengan hati-hati, terutama bagi mereka yang sudah memiliki pemahaman mendalam tentang ilmu tasawuf.

Buku-buku seperti Al-Futuhat Al-Makkiyyah dan Fushushul Hikam adalah karya besar beliau yang mengandung banyak kontroversi. Dalam kitab-kitab ini, terdapat banyak ungkapan dan konsep yang perlu ditafsirkan dengan cermat agar tidak menimbulkan kesalahpahaman. Misalnya, ada pandangan bahwa tingkat kewalian lebih tinggi daripada kenabian, namun ini perlu dipahami dalam konteks kedekatan hamba kepada Allah serta martabat kewalian yang bersifat permanen dari dunia hingga akhirat.

Syekh Ibnu Arabi mengajarkan bahwa hubungan antara hamba dan Allah adalah abadi, berbeda dengan kenabian yang memiliki batasan. Hal ini menunjukkan bahwa kewalian memiliki dimensi spiritual yang mendalam dan tidak terputus bahkan setelah kematian. Dalam pandangan beliau, orang-orang yang memiliki cinta dan kerinduan yang mendalam kepada Allah akan merasakan kenikmatan dalam berzikir dan mendekatkan diri kepada-Nya.

Kontroversi lain muncul ketika membahas praktik dzikir di kalangan sufi, di mana terkadang ditemukan majelis dzikir yang melibatkan alat musik atau gerakan tubuh tertentu. Beberapa ulama berpendapat bahwa alat musik bisa menjadi sarana untuk memperkuat keterhubungan dengan Allah selama digunakan dengan cara yang benar. Namun, ada juga pandangan yang menentang karena bisa saja menjauhkan dari khusyuk dalam beribadah.

Berbicara tentang cinta dan kerinduan kepada Allah, banyak penyair sufi mengekspresikan perasaan ini dalam syair-syair mereka. Menyampaikan perasaan cinta kepada Allah melalui seni merupakan hal yang diperbolehkan, asalkan dilakukan dengan cara yang benar dan tidak menyimpang dari ajaran agama.

Dalam konteks ini, kita perlu bijaksana dalam memahami ajaran-ajaran Syekh Ibnu Arabi dan memperhatikan penjelasan dari para ulama agar tidak terjebak dalam kesalahpahaman. Sebagai umat Islam, penting untuk selalu merujuk pada Al-Qur’an dan Hadis sebagai pedoman utama dalam setiap aspek kehidupan kita, termasuk dalam memahami tasawuf dan konsep-konsep spiritual lainnya.

Semoga kajian ini bermanfaat bagi kita semua dan dapat membawa kita lebih dekat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mari kita terus berusaha untuk meningkatkan pengetahuan dan keimanan kita agar dapat menjalankan kehidupan ini dengan penuh kesadaran dan syukur kepada-Nya. Wa bilahi taufiq wal hidayah. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Bagikan postingan ini

Copy Title and Content
Content has been copied.

Baca lebih lanjut

Postingan Terkait

Temukan koleksi postingan blog yang penuh wawasan dan menarik.

Taubat Itu Fardhu ‘ain

“Memangnya saya selaknat apa sih?”… Begitu mungkin yang bisa terlontar dari lisan seseorang yang merasa telah taat beragama dan beribadah ketika tiba-tiba dia diseru untuk

Religi

Berihsan dengan Berthariqah

Orang yang tidak menempuh jalan thariqah biasanya tidak akan bisa memasuki hadirat al-ihsan, yaitu beribadah kepada Allah seolah-olah melihat-Nya. Dia akan senantiasa bersama dirinya sendiri

Religi

Tidak Memperhatikan Ayat-Ayat

“Katakanlah, apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Yaitu orang-orang yang telah sia-sia amal perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka

Religi

Nama Dzat: Allah

Nama Dzat adalah lafazh Allāh. Allah Ta’ālā berfirman, اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah.” (QS. Thaha [20]: 14) Allah Ta’ālā juga berfirman, قُلِ

Religi

August 1

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?