Dalam konteks saat ini, kita melihat berbagai peristiwa yang mengguncang dunia, terutama di wilayah Gaza. Banyak pihak yang berupaya mencari pemahaman lebih dalam mengenai apa yang terjadi, dan salah satu perspektif yang dapat diambil adalah melalui lensa eskatologi Islam, khususnya dengan merujuk pada konsep Yajuj dan Majuj.
Yajuj dan Majuj, atau Gog dan Magog dalam tradisi Yahudi-Kristen, adalah dua kelompok yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Dalam Surah Al-Kahf, diceritakan bagaimana Dhul-Qarnayn membangun tembok untuk menahan mereka yang dikenal sebagai Yajuj dan Majuj, yang dianggap sebagai simbol kejahatan dan kerusakan. Dalam konteks eskatologi, mereka dihubungkan dengan akhir zaman dan kehancuran yang akan datang.
Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk memahami bahwa Al-Qur’an adalah kebenaran mutlak. Dalam Surah Al-Ma’idah, Allah menjelaskan tentang hubungan antara umat-Nya dengan kitab-Nya. Hal ini menjadi penting, karena kita sering kali melihat bahwa banyak orang telah berpaling dari petunjuk Al-Qur’an dan mencari kebenaran di tempat lain. Dalam situasi Gaza saat ini, kita harus merenungkan bagaimana hubungan kita dengan kitab suci mempengaruhi pemahaman kita mengenai konflik yang sedang berlangsung.
Banyak analisis yang mengaitkan situasi di Gaza dengan kebangkitan kembali Yajuj dan Majuj. Beberapa sarjana berpendapat bahwa kehadiran kekuatan-kekuatan tertentu dalam politik global saat ini dapat dilihat sebagai manifestasi dari kekuatan jahat ini. Dengan melihat tindakan yang dilakukan oleh berbagai negara dan organisasi internasional terhadap Palestina, kita dapat mulai memahami narasi yang lebih besar tentang penindasan dan perjuangan.
Kita juga tidak bisa mengabaikan kenyataan bahwa Yajuj dan Majuj sering kali dianggap sebagai simbol dari kekuatan penindas yang mampu menghancurkan dan merusak apa pun yang mereka sentuh. Dalam konteks Gaza, kita melihat bagaimana masyarakat sipil terperangkap dalam konflik yang lebih besar, di mana kehadiran kekuatan eksternal berperan besar dalam menentukan nasib mereka.
Menarik untuk dicatat bahwa banyak orang Kristen yang mengklaim mengikuti ajaran Yesus juga berada di pihak ini. Sementara itu, umat Islam memandang bahwa ajaran Nabi Muhammad SAW seharusnya menjadi panduan utama. Kita harus menyadari bahwa ada dua aliran besar dalam kekristenan saat ini—yang satu berusaha mengikuti ajaran Yesus, sementara yang lainnya lebih terfokus pada tradisi dan ritual yang tidak selalu sesuai dengan ajaran asli.
Untuk mengatasi penindasan yang dialami oleh rakyat Palestina di Gaza, umat Islam perlu bersatu dan merumuskan strategi baru. Hal ini termasuk membangun barikade politik, ekonomi, dan sosial untuk melawan kekuatan-kekuatan jahat ini. Seperti halnya Dhul-Qarnayn yang membangun tembok untuk menahan Yajuj dan Majuj, umat Islam juga perlu menemukan cara untuk melindungi diri mereka dari kekuatan-kekuatan yang ingin menghancurkan mereka.
Dalam kesimpulannya, pemahaman tentang Yajuj dan Majuj harus menjadi bagian dari diskusi kita mengenai situasi di Gaza. Dengan menyadari betapa pentingnya hubungan kita dengan Al-Qur’an dan ajaran Nabi Muhammad SAW, kita dapat lebih baik memahami tantangan yang dihadapi umat Muslim di seluruh dunia saat ini. Saatnya bagi kita untuk bersatu dan mencari solusi demi masa depan yang lebih baik bagi rakyat Palestina dan umat Islam secara keseluruhan.