- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Fatwa Sesat: Belajar dari Ahli Maksiat

11 months ago

2 min read

Dalam perjalanan menuntut ilmu, sering kali kita dihadapkan pada berbagai pandangan dan fatwa yang beredar di masyarakat. Salah satu fatwa yang belakangan ini mencuat adalah pernyataan bahwa belajar kepada satu Habib yang dianggap ahli maksiat lebih utama dibandingkan belajar kepada 70 ulama yang alim dan mengamalkan ilmunya. Pernyataan ini jelas menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya dan bahkan dapat dikategorikan sebagai sesat.

Mengapa saya menyatakan demikian? Karena jika fatwa ini diikuti, maka akan berpotensi membawa umat menjauh dari ilmu dan pemahaman yang benar. Dalam sebuah riwayat dari Sayidina Hudzaifah radhiallahu anhu, Rasulullah Sallallahu alaihi wasallam bersabda bahwa Islam akan hilang seperti hilangnya hiasan pada pakaian. Pada masa tersebut, banyak orang tidak lagi mengetahui apa itu puasa, salat, atau ibadah lainnya. Hanya tinggal sekelompok manusia yang hanya mengenal kalimat “Lailahaillallah” tanpa memahami syariat di baliknya.

Dalam konteks ini, kita perlu menyadari bahwa sekadar mengucapkan kalimat syahadat tanpa memahami dan melaksanakan ajaran-ajaran Islam adalah suatu hal yang sangat berbahaya. Kita tidak bisa hanya bergantung pada warisan dari nenek moyang kita tanpa mengkaji dan mendalami ilmu agama dengan baik. Fatwa yang menyatakan bahwa belajar kepada satu Habib yang bodoh lebih baik dibandingkan belajar kepada para ulama yang alim menunjukkan betapa pentingnya memilih sumber ilmu yang tepat.

Sayidina Hudzaifah pernah mengingatkan bahwa kalimat “Lailahaillallah” dapat menyelamatkan seseorang dari neraka. Namun, itu bukanlah alasan untuk mengabaikan kewajiban-kewajiban lain dalam Islam. Kita harus tetap berusaha untuk memahami dan mengamalkan seluruh ajaran agama dengan sebaik-baiknya.

Di zaman sekarang, kita juga menghadapi tantangan yang tidak kalah berat. Banyak orang yang lebih senang menjadi orator atau provokator daripada menuntut ilmu yang benar. Hal ini terlihat ketika orang-orang bodoh berani memberi komentar tentang para ulama dan fuqaha. Dalam situasi seperti ini, kita harus jeli dan bijak dalam memilih siapa yang kita dengarkan dan ikuti.

Pentingnya menuntut ilmu dari sumber yang benar adalah kunci untuk menjaga keutuhan ajaran Islam di tengah arus kebodohan yang semakin marak. Kita harus berpegang teguh kepada syariat dan menjauhi fatwa-fatwa yang menyesatkan. Masa depan umat sangat bergantung pada pemahaman kita terhadap agama dan komitmen kita untuk mengamalkannya.

Jangan sampai kita terjebak dalam fatwa-fatwa sesat yang hanya akan membawa kerugian bagi diri kita sendiri dan umat secara keseluruhan. Mari kita terus belajar, membaca Al-Qur’an, dan mengikuti ajaran para ulama yang benar agar kita dapat mengenali jalan yang lurus dan terhindar dari kebodohan serta kesesatan.

Bagikan postingan ini

Copy Title and Content
Content has been copied.

Baca lebih lanjut

Postingan Terkait

Temukan koleksi postingan blog yang penuh wawasan dan menarik.

Tanda Allah Ridha kepada Kita

Tanda bahwa Allah ridha kepada masing-masing dari kita adalah manakala kita ridha dengan semua yang Allah tentukan dalam kehidupan yang dijalani ini. Jadi, kalau kita

Religi

Apabila Bertemu Seseorang

Apabila bertemu seseorang, yakinilah bahwa dia lebih baik darimu. Ucapkan dalam hatimu, “Bisa jadi kedudukannya di sisi Allah jauh lebih baik dan lebih tinggi dariku.”

Religi

Nama Dzat: Allah

Nama Dzat adalah lafazh Allāh. Allah Ta’ālā berfirman, اِنَّنِيْٓ اَنَا اللّٰهُ “Sesungguhnya Aku ini adalah Allah.” (QS. Thaha [20]: 14) Allah Ta’ālā juga berfirman, قُلِ

Religi

Ujian Hidup dan Makna Kemiskinan

Seorang sahabat berkata kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai Allah.” Nabi saw menjawab, “Jika demikian, bersiap-siaplah untuk diuji.” Kemudian sahabat itu berkata, “Ya

Religi

August 2

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?