Suatu hari Grandsyekh (q) berkata kepada saya, “Tolong potong kukuku.” MasyaaAllah, beliau mempunyai sebuah pisau yang besar, dan sepanjang hidup saya, saya belum pernah melihatnya bagaimana beliau memotong kukunya dengan pisau itu, bagaimana beliau mengangkat jarinya kemudian memotong kukunya. Beliau memulainya dengan jari kelingking kanannya, dan itu adalah adab. Beliau tidak memulainya dengan sembarang jari. Jadi adabnya adalah memulainya dengan memotong jari kelingking kanan dan beliau biasanya memotongnya dengan pisau tetapi tidak melukai jarinya. Beliau memotong kuku pada keempat jari kanannya (mulai kelingking sampai telunjuk), lalu melewatkan jari jempol kanannya dan pindah ke jari kiri, mulai dari kelingking dan seterusnya sampai telunjuk kiri, lalu pindah ke jempol kanan, dan terakhir jempol kiri.
Beliau mengatakan, “Tolong potong kukuku.” Saya pernah melihatnya memotong kukunya dan saya hafal urutannya, sehingga beliau menguji saya, dan beliau memberikan pisau itu kepada saya! Saya katakan, “Oh Mawlana, aku mempunyai pemotong yang lain,” sambil mengeluarkan gunting kuku dan mulai memotong jari pada kelingking kanannya.
Segala sesuatu mempunyai adab dan cara yang benar. Jika kalian tidak melakukannya dengan benar berarti kalian tidak menghormati Sunnah Nabi (saw). Saya memulainya dengan jari kelingking kanan, lalu ketiga jari kanan lainnya, kemudian pindah ke kelingking kiri lalu ketiga jari kiri lainnya, lalu jempol kanan dan terakhir jempol kiri. Beliau berkata, “Bagus sekali!”
Saya melihatnya sekali dan kemudian mempelajarinya, tetapi saya belum pernah melakukannya dengan pisau atau mencobanya. Jadi, jangan coba-coba menggunakan pisau! Bayangkan, seperti inilah orang memotong kukunya ketika belum ada gunting kuku di zamannya Nabi (saw). Bagaimana mereka memotong kukunya? Dengan pisau! Lihatlah, bagaimana mereka memanjakan kita sekarang. Memotong dengan pisau menunjukkan kejantanan! Kalian masih bayi.
Jadi mengapa kita menyebutkan tentang kuku? Karena Grandsyekh (q) mengatakan, “Syaithan selalu ingin mengganggu dzikrullah kalian. Jadi, ketika kalian melakukan dzikrullah, ia berusaha untuk mendekati kalian untuk mengalihkan perhatian kalian dari dzikir itu. Jika kalian mengusirnya, ia bersembunyi di bawah kuku kalian. Itulah sebabnya memotong kuku adalah Sunnah Nabi (saw), karena itu adalah tempat Syaithan bersarang, jika kuku kalian panjang, ia akan bersembunyi di sana.
Sekarang orang-orang pergi ke salon untuk melakukan manikur, bahkan kaum pria pun dipotong kukunya tetapi dengan menyisakan sedikit kukunya dan para wanita menyisakan lebih panjag lagi agar kukunya terlihat cantik, dan Syaithan bersembunyi di bawah kuku ini untuk mengganggu kaum wanita dan pria.
— Mawlana Shaykh Hisham Kabbani An-Naqsyabandi (qs.)
Sumber: https://www.facebook.com/share/p/Ca2RCipDdpD1FQM2/