Wahai orang-orang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya, mengapa para ahli agama berselisih pendapat seperti para ahli dunia di zaman kita? Para ahli dunia berselisih pendapat dan saling dengki karena masing-masing memiliki tujuan yang berbeda. Di zaman ini kita telah menjadi sama, para ahli Islam, ahli tarekat, ahli ilmu, mereka saling membenci satu sama lain. Padahal, jika tujuan mereka bersatu, mereka tidak akan saling membenci atau saling dengki dan tidak saling bermusuhan satu sama lain. Karena tujuan kita adalah Allah, Iblis dan bala tentaranya telah menjadikan perselisihan di antara para ahli tarekat di zaman ini dengan para ahli ilmu, karena para ahli ilmu lebih dekat dengan dunia daripada para ahli tarekat, sehingga semakin banyak kebencian di antara mereka akibat kecintaan terhadap kepemimpinan (hubb al-riyāsah) dan kebesaran, karena ketenaran dan kecintaan pada penampilan.
Akan tetapi, para ahli tarekat sekarang berada di lembah yang sama karena perhatian terbesar mereka adalah untuk menjadi syekh (masyayikhah), mengejar popularitas dan kecintaan pada dunia ini. Hal ini membuat mereka bermusuhan satu sama lain. Padahal, jika Allah adalah satu-satunya tujuan mereka, mereka tidak akan pernah berselisih. Inilah yang terjadi ketika tujuannya bukan lagi Allah. Tujuannya adalah dunia ini. Persaingan dan pertikaian pun dimulai. Alih-alih mata kita diarahkan pada malakūt, mata kita sekarang diarahkan ke Bumi. Namun, kita harus kembali ke negeri asal kita, yakni ke malakūt.
Lebih dari itu, apakah kalian pernah melihat seorang wali membenci wali lainnya? Bagaimana ia bisa menjadi wali jika ia memiliki rasa iri atau ia menaruh perhatian pada dunia ini? Oleh karena itu, wahai saudara-saudara, kita harus tahu apakah tujuan kita adalah dunyā (dunia ini) atau Mawlā (Sahabat yang melindungi). Jika kalian telah memilih dunia maka kalian memiliki semua serangga, binatang buas, dan sifat-sifat tercela di dalam hati kalian. Kalian sendiri akan menjadi pusat fitnah karena dengan dunia semua kejahatan akan datang. Tetapi jika kalian memilih Mawlā, maka berbahagialah kalian!
Mawlana Shaykh Nazim al-Haqqani (q)