- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Ujian Hidup dan Makna Kemiskinan dalam Agama

3 months ago

2 min read

“Dua perkara yang dibenci Bani Adam, yaitu membenci kematian, padahal kematian itu lebih baik baginya daripada fitnah, dan membenci sedikit harta, padahal sedikit harta itu meringankan hisab.”

— Rasulullah Muhammad ﷺ

Seorang sahabat berkata kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku mencintai Allah.”

Nabi saw menjawab, “Jika demikian, bersiap-siaplah untuk diuji.”

Kemudian sahabat itu berkata, “Ya Rasulullah, aku pun mencintaimu.”

Rasulullah saw menjawab, “Jika demikian, siap-siaplah untuk miskin.”

Ujian hidup merupakan suatu hukum yang pasti menimpa setiap orang. Semenjak dari seseorang dilahirkan ke muka bumi hingga kemudian dia meninggal dunia, itu telah ditetapkan baginya berbagai takdir ujian kehidupan. Tak ada satu pun yang bisa melarikan diri darinya. Itulah mengapa, dalam hidup ini, kita tidak bisa hanya ingin santai-santai saja. Tidak ingin ada masalah apa pun. Itu hanyalah ilusi. Oleh karena itu, adalah penting untuk mengerti ihwal “apa maksud Allah Ta‘ala di balik penimpaan ujian demi ujian” tersebut.

Dalam sebuah hadits Rasulullah saw pernah berdoa, “Ya Allah hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin, dan bangkitkanlah aku bersama orang-orang miskin.”

“Kemiskinan” yang dimaksud oleh Rasulullah saw di sini adalah suatu situasi yang sepatutnya kita pahami dengan baik. Dalam sejarah, Rasulullah saw sendiri adalah seorang pedagang berhasil, akan tetapi, dalam kaitannya dengan pengertian doa tersebut adalah “beliau saw menginfakkan hartanya untuk kepentingan ummatan wahidah.”

Oleh karena itu, menjelang ajalnya, Rasulullah menginfakkan semua harta yang dimilikinya, bahkan hingga simpanannya yang ada di bawah tikar. Maka dari itu, dalam sebuah riwayat dikatakan bahwasanya para nabi, pada saat meninggal dunia, tidak meninggalkan harta benda; akan tetapi mereka meninggalkan pengetahuan agama. Oleh karena itu, arti “miskin” dalam doa tersebut adalah “karena beliau saw menginfakkan sebagian besar hartanya fî sabilillah” sehingga, pada saat meninggal dunia, harta tersebut tidak melekat di hatinya dan juga tidak menjadi hijab di alam-alam berikutnya.

( Z A J T )

Sumber: https://www.facebook.com/alfathri/posts/pfbid02Nc4WjtVK5DiKhXAR1Up5zfaY5bmDEvAW2YJwm1AnMoUK3vzo225UcMb74zaWn9esl

Bagikan postingan ini

Copy Title and Content
Content has been copied.

Baca lebih lanjut

Postingan Terkait

Temukan koleksi postingan blog yang penuh wawasan dan menarik.

Matikan Dirimu Sebelum Kamu Mati

Nabi Muhammad bersabda: “Mutu Qabla An Tamautu,” yang berarti “Matikan dirimu sebelum kamu mati.” Abu Mu’jam mengatakan, “Barangsiapa yang tidak merasa mati, niscaya dia tidak

Religi

Tanda Allah Ridha kepada Kita

Tanda bahwa Allah ridha kepada masing-masing dari kita adalah manakala kita ridha dengan semua yang Allah tentukan dalam kehidupan yang dijalani ini. Jadi, kalau kita

Religi

Doa Perlindungan dari Gempa

Sebagai perlindungan terhadap gempa, ketika kita memasuki rumah, Mawlana Shaykh Nazim al-Haqqani (q) menganjurkan untuk membaca: مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ“MāsyāAllāh, lā

Religi

Memandang Wajah Mulia Sang Kekasih

Di akhirat, Allah Ta’ala akan memuliakan hamba-hamba-Nya yang beriman dengan memberi mereka kesempatan untuk melihat wajah mulia-Nya dengan mata kepala, setelah mereka masuk surga dan

Religi

Umur 40 Tahun

Barangsiapa yang telah mencapai umur empat puluh tahun, akan tetapi tidak juga menjadi orang baik, maka hendaklah ia bersiap-siap masuk neraka! ( Rasulullah Muhammad saw,

Religi

November 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?