Rasulullah saw pernah bersabda, “Tidak ada sifat yang lebih cepat mendatangkan rahmat Allah selain dari kepemurahan.” Dan di antara guru kepemurahan, maka Nabi Ibrahim as adalah salah satu imamnya. Dengan sifat kepemurahannya itu, ia meraih anugrah Allah yang tinggi, dan meraih gelar alaihis salaam dari sisi Allah SWT, semoga terlimpah bagi Nabi Ibrahim kesejahteraan, shalawat dan salaam. Inilah salah satu kisahnya.
Nabi Ibrahim (alaihis salaam) sangat dikenal dengan sifat kepemurahannya yang besar, karena kepemurahannya itulah ia dijadikan Allah SWT sebagai kekasih bagi-Nya, kita mengenali kedekatan beliau dengan Allah SWT dari gelar yang Allah SWT sematkan baginya, “Khalilullah”, Sang Kekasih Allah.
Nabi Ibrahim as sangat berbelas kasih kepada segala makhluk ciptaan-Nya, dan pada suatu hari Allah SWT berhendak menguji serta menyempurnakan sifat utama yang dimiliki sang kekasih ini.
Karena sifat kasih sayangnya kepada manusia, maka Nabi Ibrahim as. dianugrahi mi‘raj (kenaikan), ia diangkat ke Langit oleh Allah SWT, diperjalankan dan ditampakkan kepadanya berbagai alam semesta beserta keadaan para penghuninya. Maka tampaklah bagi Ibrahim berbagai keadaan amaliah manusia, dari amal ibadah manusia yang paling berbakti kepada Allah hingga ke berbagai amal perbuatan manusia yang paling berdosa. Dan ketika Allah SWT menampakkan berbagai dosa manusia, maka berserulah Ibrahim as, “Ya Allah binasakanlah orang-orang yang durhaka itu!”, maka Allah SWT menjawab seruan Ibrahim as. tersebut, “Aku lebih menyayangi hamba-hamba-Ku daripadamu hai Ibrahim! Turunlah engkau hai Ibrahim! Mereka memang berdosa, tapi mereka bisa bertaubat dan kembali kepada-Ku.”
Ali bin Abi Thalib (radhiyallahu anhu) meriwayatkan, bahwa telah bersabda Rasulullah saw, “Ketika Allah Ta‘ala memperlihatkan kepada Ibrahim kerajaan lelangit dan bumi (malkutas samawati wal ardh, QS Al-An‘am [6]: 75), tiba-tiba ia melihat orang yang berbuat maksiat, langsung Ibrahim berdoa, sehingga binasalah orang itu. Kemudian kepada Ibrahim ditampakkan perbuatan dosa orang yang kedua, binasalah orang kedua tersebut. Kemudian pendosa yang ketiga, dan seterusnya. Maka berfirmanlah Allah SWT, “Hai Ibrahim! Engkau seorang yang mustajab doa, maka janganlah engkau gunakan untuk membinasakan hamba-Ku! Sebab hamba-Ku itu ada dalam satu dari tiga kemungkinan. Mungkin ia akan bertaubat sehingga Aku memberinya ampunan, atau Aku keluarkan daripadanya keturunan-keturunan yang bertasbih kepada-Ku, atau ketika kelak ia datang menghadap kepada-Ku maka terserah kepada-Ku apakah Aku akan mengampuninya atau akan menyiksanya!”
Dengan peristiwa tersebut, maka diujilah Nabi Ibrahim as dengan perintah penyembelihan putranya. Ketika ia memegang pisau pada saat akan menyembelih putranya, Ibrahim as pun berkata, “Ya Allah inilah putraku, buah hatiku, manusia kecintaanku.” Tiba-tiba ia mendengar jawaban Allah SWT, “Hai Ibrahim! Ingatlah ketika engkau meminta kepada-Ku untuk membinasakan hamba-Ku, apakah engkau tidak mengetahui bahwasanya Aku sangat mengasihi hamba-Ku sebagaimana kasihmu terhadap anakmu! Maka jika engkau meminta kepada-Ku untuk membunuh hamba-Ku, Aku meminta kepadamu untuk membunuh anak kandungmu! Satu lawan satu, bahkan yang memulai itulah yang lebih kejam…”
Telah bersabda Rasulullah saw, “Orang yang berbelas kasih akan dikasihi Allah, karena itu kasihilah orang-orang di bumi niscaya engkau akan dikasihi oleh para penghuni Langit.” Sabda Rasulullah saw yang lain, “Tidak akan dicabut sifat belas kasih dari hati seseorang, kecuali dari hati orang-orang yang celaka!”
Dan sebagaimana ucapan ruhul qudus kepada Ibnu ‘Athaillah Al-Iskandariy, “Barangsiapa dapat melihat rahasia-rahasia manusia, sedangkan tidak ada dalam dirinya sifat kasih sayang Allah, maka pengetahuannya itu akan menjadi fitnah baginya, dan menjadi sebab bagi turunnya bala’ bagi dirinya.”
Z A J T — Bintaro, 3 Oktober 2009.
: : : : : : : : :
“Apabila dikasihi oleh Allah seseorang hamba niscaya diuji-Nya sehingga terdengar bagaimana dia merendahkan diri (at-tadla’rru’).”
— Rasulullah ﷺ