- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Karakteristik dan Panggilan Para Nabi dalam Perjanjian Lama

2 months ago

< 1 min read

Awalnya adalah kata “NABU” dari bahasa Akkadia, lalu diserap ke bahasa Ibrani menjadi “NABI” dan di bahasa Arab pun menjadi “NABI”… Kesemua kata tersebut mempunyai makna yang sama, yaitu “penyampai pesan” atau “pembawa berita”…

Para Nabi — dalam Perjanjian Lama — disebut juga sebagai “ROEH” atau “SEER” yang artinya “pelihat” atau orang yang mendapat penglihatan. Dalam bahasa Arab, istilahnya adalah “RU‘YA” dari akar kata “RA‘A”.

Selain itu, ada satu karakteristik khas kenabian yang dipaparkan dalam Perjanjian Lama, yaitu, kefasihan berkata-kata.

Dalam Yesaya 6: 1-13, diceritakan tentang panggilan Tuhan terhadap Nabi Yesaya untuk menyampaikan pesan kepada Bani Israil.

Namun Nabi Yesaya mengatakan bahwa dirinya adalah seorang najis bibir. Lalu datanglah Serafim (yaitu malaikat) yang membawa bara api dan menyentuhkannya ke bibir Nabi Yesaya sehingga menghapus segala kesalahan dan dosa dari lisannya. Dari seorang najis bibir menjadi seorang nabi.

Begitu pula halnya dengan Nabi Yeremia, seperti tertuang dalam Yeremia 1: 1-19, yang menyatakan bahwa dirinya tidak pandai berkata-kata dan masih muda. Lalu mulutnya pun disentuh oleh tangan Tuhan dan beliau pun menjadi fasih berkata-kata.

Akan tetapi, sekali pun para nabi itu fasih berkata-kata, namun yang mereka sampaikan bukanlah kata-kata mereka sendiri, tetapi kata-kata Tuhan. Dan satu hal lagi, para Nabi ini juga dipenuhi dengan Roh Kudus.

Demikianlah secuplik catatan kuliah Eksegese Perjanjian Lama bersama Romo Bhanu (Dr. R. Fransiskus Bhanu Viktorahadi, Pr., S.Ag., L.Th.) di tahun 2012, saat jadi mahasiswa kuliah Eksegese Perjanjian Lama di Fakultas Filsafat UNPAR.

Bagikan postingan ini

Copy Title and Content
Content has been copied.

Baca lebih lanjut

Postingan Terkait

Temukan koleksi postingan blog yang penuh wawasan dan menarik.

Tuhan, Agama, “Jiwa”

Feuerbach mengkritik Hegel yang dinilainya telah memutarbalikkan kenyataan, seakan-akan yang nyata adalah Tuhan (yang tidak kelihatan) sedangkan manusia (yang kelihatan) hanyalah wayangnya. Bagi Feuerbach, yang

Wawasan & Filsafat

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?