Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seringkali kita dihadapkan dengan situasi di mana orang-orang berjualan di tempat-tempat yang dikategorikan sebagai tempat maksiat. Hal ini menimbulkan pertanyaan etis, apakah berjualan di tempat maksiat dapat dikategorikan sebagai menolong kemaksiatan atau tidak?
Dalam agama Islam, ditegaskan bahwa menolong atau berkontribusi pada terjadinya kemaksiatan tidaklah diperbolehkan. Sebagaimana yang disebutkan dalam Al-Qur’an Surah Al-Ma’idah ayat 2, kita diperintahkan untuk saling tolong-menolong dalam kebajikan dan takwa, serta di larang untuk menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.
Menurut penjelasan ulama terkemuka, berkontribusi pada kemaksiatan hanya terjadi jika kemaksiatan tersebut dapat terjadi secara langsung karena bantuan yang diberikan. Jika perbuatan seseorang tidak menjadi penyebab langsung dari terjadinya kemaksiatan, maka hal tersebut tidak dianggap sebagai berkontribusi pada kemaksiatan.
Dalam konteks berjualan di tempat maksiat, penting untuk memahami bahwa kontribusi pada kemaksiatan terbagi menjadi dua, yaitu sebab dekat (qarib) dan sebab jauh (ba’id). Sebab dekat adalah perbuatan yang bisa menjadi penyedia bagi orang lain untuk berbuat maksiat, seperti menyewakan rumah untuk penjual miras, sedangkan sebab jauh adalah perbuatan yang tidak langsung mengajak orang lain untuk bermaksiat.
Sebagai gambaran, menjual makanan, kopi, atau minuman di tempat maksiat tidak dianggap sebagai berkontribusi pada kemaksiatan, karena perbuatan tersebut tidak langsung mendukung orang lain untuk melakukan kemaksiatan. Namun, jika barang yang dijual dapat menjadi penyebab langsung dari terjadinya kemaksiatan, seperti miras, maka hal tersebut dapat dikategorikan sebagai berkontribusi pada kemaksiatan.
Dengan demikian, dalam menjalankan aktivitas berjualan di tempat-tempat yang dianggap sebagai tempat maksiat, penting bagi setiap individu untuk mempertimbangkan dampak dari barang yang dijual terhadap lingkungan sekitar. Dengan memahami hukum-hukum yang berkaitan dengan berkontribusi pada kemaksiatan, diharapkan kita dapat lebih bijak dalam memilih aktivitas yang dilakukan dan senantiasa menjauhi perbuatan yang bertentangan dengan ajaran agama.