Dalam perkembangan teknologi medis, salah satu terobosan yang menarik perhatian adalah proses reproduksi yang dikenal sebagai bayi tabung. Namun, bagaimana sebenarnya pandangan Islam terhadap metode reproduksi ini?
Pada Munas NU tahun 1981 di Yogyakarta, masalah bayi tabung dibahas secara mendalam. Para kiai yang hadir pada forum tersebut menjelaskan hukum reproduksi bayi tabung menurut pandangan agama.
Bayi tabung dipahami sebagai hasil reproduksi yang tidak melalui persetubuhan, melainkan dengan menggabungkan mani dan ovum laki-laki dan perempuan, kemudian proses pembuahan dilakukan di luar tubuh sebelum embrio yang terbentuk ditempatkan ke dalam rahim ibu.
Dalam konteks hukum Islam, pemrosesan bayi tabung tidak dapat disederhanakan menjadi hanya halal atau haram. Peserta Munas NU 1981 membedah hukum bayi tabung dalam tiga skenario berbeda.
Pertama, jika mani yang digunakan bukanlah milik suami istri yang bersangkutan, maka proses tersebut dianggap haram. Kedua, jika mani berasal dari suami istri namun proses pengambilannya tidak sesuai norma agama, juga diharamkan.
Namun, jika mani yang digunakan berasal dari suami istri, prosesnya sesuai dengan ajaran agama, dan embrio ditempatkan ke dalam rahim istri sendiri, maka proses bayi tabung tersebut diperbolehkan.
Dalam konteks kutipan hadits dari Tafsir Ibnu Katsir yang menjadi landasan putusan Munas NU 1981, menyatakan bahwa tindakan mengeluarkan mani ke tempat yang tidak halal merupakan dosa besar setelah syirik.
Dari argumen forum Munas NU 1981 dengan merujuk pada Kitab Hikmatut Tasyri’ wa Falsafatuh, disampaikan pesan agar umat Islam menjauhi perbuatan zina dengan sesama pasangan.
Dengan demikian, standar hukum Islam terhadap bayi tabung menjadi lebih jelas melalui diskusi dan landasan agama yang dijelaskan dalam forum Munas NU 1981. Semoga informasi ini memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai perspektif Islam terhadap perkembangan teknologi reproduksi. Jangan ragu untuk memberikan saran dan kritik atas tulisan ini.
Terima kasih atas perhatiannya.
Wassalamu ‘alaikum wr. wb.
