- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Fenomena Pamer Harta dalam Sejarah Kerajaan Islam

Google Search Widget

Fenomena memamerkan kekayaan telah ada sejak zaman dahulu dan terus berlanjut hingga saat ini. Pada masa kerajaan Islam, terdapat rekam jejak pamer harta yang terungkap dalam bentuk lain, namun dengan pola yang mirip. Kisah kemewahan para raja menimbulkan pamer harta pada masa itu, tidak hanya terbatas pada kalangan raja, tetapi juga meluas ke masyarakat.

Pada masa Rasulullah saw dan generasi sahabat, kejayaan Islam dicapai tanpa mengagungkan harta benda duniawi. Namun, setelah generasi terbaik itu berlalu, muncul penguasa Islam yang dikenal sebagai masa dinasti. Sejak Dinasti Umayyah, kekuasaan dibuka lebar, memungkinkan harta benda dari berbagai daerah dikuasai oleh pemimpin Islam. Para raja mulai mendirikan istana-istana megah untuk memamerkan kebesaran dan kemegahan kekuasaan mereka.

Sebelum era Umar bin Abdul Aziz, kepemimpinan Dinasti Umayyah sangat aktif dalam pembangunan. Awalnya, fasilitas umum dan masjid dibangun sebagai bentuk pelayanan kepada masyarakat, namun kemudian diikuti dengan pembangunan istana-istana mewah sebagai simbol kekuasaan. Salah satu bangunan tempat pangeran dinasti Umayyah memiliki warna dan kemewahan yang mencolok. Istana-istana tersebut menjadi sangat eksklusif dan kontras dengan lingkungan sekitarnya.

Kehidupan mewah keluarga raja memunculkan kastil elit berwarna-warni di tengah gurun. Meskipun wabah melanda, keluarga kerajaan tetap menjalani gaya hidup mewah sambil mengasingkan diri dari rakyat. Kastil-kastil ini menjadi upaya para raja untuk memamerkan kekuasaan mereka.

Di bawah kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz, kejayaan Islam kembali seperti pada masa generasi terbaik. Beliau memilih untuk tinggal di rumah sederhana dan menolak istana. Meskipun dalam situasi wabah, umat Islam saat itu merasakan kesejahteraan yang merata. Namun, setelah wafatnya Umar bin Abdul Aziz, penggantinya kembali mengedepankan pameran harta sebagai simbol kejayaan.

Fenomena pamer harta pun menjalar ke kalangan masyarakat. Di Andalusia, misalnya, istana megah dan pemandian umum bernama hammam berkembang pesat. Hammam menjadi tempat berkumpul bagi wanita untuk bertemu teman dan memamerkan pakaian serta perhiasan mereka. Hal serupa juga terjadi di Mesir, di mana Ibnul Hajj mengkritik kunjungan wanita ke hammam yang dianggap hanya untuk pamer.

Meskipun ada larangan bagi wanita sehat untuk mengunjungi hammam sesuai dengan hadits Rasulullah saw, kenyataannya interaksi sosial di tempat tersebut mendorong mereka untuk saling memamerkan pakaian dan perhiasan. Namun, bagi wanita yang sakit atau nifas, hammam memiliki fungsi medis yang bermanfaat.

Tidak semua penguasa Dinasti Umayyah hidup dalam kemewahan. Beberapa di antaranya lebih memilih kesederhanaan dan spiritualitas. Namun, penguasa yang mengedepankan pamer harta ini diikuti oleh pejabat dan rakyatnya. Akibatnya, pada era penguasa yang gemar membangun kastil megah, masyarakat pun terpengaruh untuk membicarakan kemewahan tersebut.

Era kerajaan atau dinasti Islam seperti pada masa Bani Umayyah memberikan kontribusi positif terhadap kejayaan Islam. Namun, fenomena pamer harta dan kemewahan yang dilakukan oleh sebagian penguasa dan rakyat menjadi salah satu kelemahan yang menghambat generasi berikutnya dalam mempertahankan kegemilangan pendahulunya.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 10

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?