- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Hikmah Perjalanan Isra’ Mi’raj dan Keistimewaan Baitul Ma’mur

Google Search Widget

Perjalanan Isra’ Mi’raj menyimpan banyak hikmah, salah satunya adalah untuk memperlihatkan sebagian kekuasaan Allah kepada Baginda Rasulullah saw. Saat itu, beliau tengah merasakan duka mendalam karena kehilangan orang-orang tercinta. Dalam surat al-Isra’, Allah berfirman, “Mahasuci (Allah) yang telah memperjalankan hamba-Nya (Nabi Muhammad) pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami,” (QS. al-Isra’ [17]: 1).

Salah satu tanda kekuasaan Allah yang diperlihatkan kepada Rasulullah saw adalah Baitul Ma’mur. Dalam Al-Quran, tepatnya dalam surat ath-Thur, Baitul Ma’mur disebutkan bahkan menjadi sumpah Allah.

وَالْبَيْتِ الْمَعْمُورِ، وَالسَّقْفِ الْمَرْفُوعِ ، وَالْبَحْرِ الْمَسْجُورِ

Artinya, “Demi Baitul Makmur, dan demi atap (langit) yang ditinggikan,” (QS. ath-Thur [52]: 4-5).

Penggunaan Baitul Ma’mur sebagai sumpah ini tentu menyimpan hikmah dan rahasia yang mendalam di belakangnya. Keistimewaan Baitul Ma’mur tampak dalam hadits Rasulullah saw mengenai perjalanan mi’rajnya.

فَرُفِعَ لِي البَيْتُ المَعْمُورُ، فَسَأَلْتُ جِبْرِيلَ، فَقَالَ: هَذَا البَيْتُ المَعْمُورُ يُصَلِّي فِيهِ كُلَّ يَوْمٍ سَبْعُونَ أَلْفَ مَلَكٍ، إِذَا خَرَجُوا لَمْ يَعُودُوا إِلَيْهِ آخِرَ مَا عَلَيْهِمْ

Artinya, “Kemudian diangkatlah kepadaku Baitul Ma’mur. Lantas, aku bertanya pada Jibril. Ia menjawab, ‘Ini Baitul Ma’mur di mana setiap hari 70 ribu malaikat shalat di dalamnya. Ketika mereka keluar darinya, tidak pernah kembali lagi kepadanya hingga akhir hari mereka (Kiamat),’” (HR Al-Bukhari).

Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir menjelaskan bahwa para malaikat beribadah di dalam Baitul Ma’mur dan menunaikan thawaf di sana, mirip dengan para penduduk bumi yang thawaf di Ka’bah. Baitul Ma’mur sendiri terletak di langit ketujuh, tepat di bawah Arasy, dan sejajar dengan posisi Ka’bah di bumi. Seandainya ada sebuah batu dari Baitul Ma’mur yang jatuh, maka ia akan jatuh di atas Ka’bah, menunjukkan kehormatan Baitul Ma’mur di langit yang setara dengan kehormatan Ka’bah di bumi.

Di sana, Rasulullah saw juga menjumpai Nabi Ibrahim as yang tengah bersandar di salah satu dindingnya dalam penampilan yang sangat tampan.

Terdapat ragam pendapat mengenai Baitul Ma’mur. Setidaknya ada empat pendapat yang disebutkan oleh al-Mawardi. Pendapat pertama menyatakan bahwa Baitul Ma’mur adalah bangunan yang menjadi Ka’bahnya para malaikat, tempat 70 ribu malaikat thawaf dan beribadah setiap hari. Pendapat ini diriwayatkan oleh Qatadah dari Anas bin Malik, juga dikemukakan oleh Ali dan Ibnu Abbas.

Pendapat kedua dari as-Saddi menyebutkan bahwa Baitul Ma’mur berada di atas enam langit, di bawah langit ketujuh yang disebut adh-Dharah, dengan posisi berhadapan langsung dengan Baitul Atiq.

Pendapat ketiga dari ar-Rabi’ bin Anas menyatakan bahwa Baitul Ma’mur berada di bumi pada zaman Adam. Ketika umat Nabi Nuh as enggan berhaji ke sana, Baitul Ma’mur diangkat ke langit dunia dan Allah mempersiapkan Ka’bah di tempat sekarang.

Pendapat keempat dari al-Hasan berargumentasi bahwa Baitul Ma’mur adalah Baitulharam karena kata ma’mur memiliki dua makna: makmur karena ramai pengunjung dan makmur karena kedudukannya.

Ada juga ulama yang berpendapat bahwa Baitul Ma’mur sejajar dengan Ka’bah di bumi karena setelah menciptakan dan menempatkannya di bawah Arasy, Allah memerintahkan malaikat untuk thawaf di sana, serta memerintahkan penduduk bumi untuk membangun bangunan serupa, yaitu adh-Dharah. Konon, bangunan ini didirikan dua ribu tahun sebelum penciptaan Adam. Selanjutnya, Allah memerintahkan semua makhluk di bumi untuk thawaf seperti para penduduk langit di Baitul Ma’mur. Wallahu ‘alam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

June 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?