Pada suatu ketika, Siti ‘Aisyah r.a. bertanya kepada Rasulullah saw, “Adakah hari yang lebih berat bagimu daripada hari di perang Uhud?” Rasulullah saw menjawab bahwa hari terberat yang dialaminya, selain perang Uhud, adalah hari ‘Aqabah. Pada musim haji itu, beliau menawarkan diri kepada kabilah-kabilah Tha’if untuk mendapatkan perlindungan agar misi dakwahnya dapat tersampaikan.
Rasulullah saw menempuh perjalanan sejauh 60 mil dari Makkah ke Tha’if. Selama lima belas hari, beliau berdakwah di sana, menyapa setiap warga Tha’if yang ditemui di pasar dan tempat lainnya, menawarkan mereka untuk masuk Islam dan mengesakan Allah.
Puncaknya, pada malam ‘Aqabah, Rasulullah saw menawarkan diri kepada kabilah-kabilah di sana. Salah satu tokoh mereka, Ibnu ‘Abdi Yalil ibn Kilab, menolak tawaran dan permintaan Rasulullah saw dengan tegas. Penolakan keras ini sangat memukul hati Rasulullah saw. Beliau merasa sedih dan bingung, terutama setelah mengalami pengusiran dan lemparan batu dari penduduk Tha’if yang menyebabkan kakinya berdarah.
Setelah meninggalkan Tha’if, beliau tidak menyadari arah perjalanannya hingga tiba di Qarnuats-Tsa‘alib, yang berjarak kurang lebih dua marhalah (48 mil atau 89,5 km) dari Makkah. Kini, daerah tersebut dikenal sebagai Qarnul-Manazil, tempat di mana penduduk Najd memulai ibadah haji dan umrah.
Namun, Allah segera memberikan hiburan kepada Rasulullah saw atas penderitaan fisik dan psikis yang dialaminya. Pada hari itu, Allah mengutus malaikat Jibril. Ketika Rasulullah saw mengangkat kepalanya, beliau melihat malaikat Jibril berada di atas awan. Jibril menginformasikan bahwa Allah mendengar perkataan kaumnya dan telah mengutus malaikat penjaga gunung untuk diperintah sesuai keinginan Rasulullah saw.
Malaikat penjaga gunung datang dan menawarkan kekuatan untuk menghancurkan penduduk Tha’if dengan menimpakan kedua gunung kepada mereka. Namun, Rasulullah saw memilih untuk mendoakan agar dari keturunan mereka lahir orang-orang yang menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya dengan apa pun.
Harapan Rasulullah saw terkabul. Dari keturunan mereka, Allah mengeluarkan orang-orang yang akan menyembah-Nya dan memegang panji agama-Nya. Mereka yang sebelumnya bersikap kasar terhadap Rasulullah saw kini berbondong-bondong masuk Islam dan berjuang di jalan-Nya.
Kisah ini mengajarkan kita banyak pelajaran berharga:
- Betapa beratnya penderitaan yang dialami Rasulullah saw saat berdakwah di tengah masyarakat Arab.
- Keteguhan hati dan kegigihan perjuangan Rasulullah saw dalam menyampaikan dakwah meskipun harus menghadapi penolakan.
- Perlindungan dan hiburan yang senantiasa diberikan Allah kepada Rasulullah saw, terutama saat menghadapi ujian.
- Salah satu bentuk hiburan Allah adalah dengan mengutus malaikat penjaga gunung untuk memenuhi perintahnya.
- Kasih sayang Rasulullah saw terhadap kaumnya yang sangat besar, serta keteguhan hatinya dalam menghadapi penderitaan.
- Besarnya kekuatan yang diberikan kepada malaikat penjaga gunung.
- Keinginan Rasulullah saw untuk tidak melihat kebinasaan pada kaum yang menentang dakwahnya.
- Perangai mulia Rasulullah saw yang patut dicontoh, tanpa sedikit pun rasa dendam terhadap mereka yang telah melukainya.
- Doa beliau agar ada keturunan dari kaum tersebut yang mau beriman dan mengesakan Allah.