Nabi Sulaiman dikenal memiliki kemampuan luar biasa dalam berkomunikasi dengan berbagai makhluk hidup di alam semesta, termasuk binatang dan tanaman. Salah satu kisah terkenal di kalangan umat Islam adalah ketika Nabi Sulaiman berbicara dengan binatang. Namun, ada juga kisah yang menyebutkan perbincangan beliau dengan tanaman, yang membawa konsep ekologi spiritual pada zamannya.
Ekologi spiritual menekankan pentingnya dimensi spiritual dalam menjaga alam, karena alam tidak seharusnya dieksplorasi secara berlebihan. Lingkungan hidup, yang mencakup makhluk hidup seperti tanaman dan hewan serta benda mati seperti bebatuan, air, dan tanah, sangat berhubungan dengan kebutuhan manusia. Bagi manusia beragama, sumber daya alam merupakan bekal berharga yang menjadi sarana beribadah kepada Tuhan dan dapat diwariskan kepada generasi mendatang.
Sebuah hadits yang diriwayatkan dari Al-Hasan melalui Qatadah menceritakan bahwa setelah Nabi Sulaiman selesai membangun Baitul Maqdis, beliau memasuki tempat shalat dan melihat segerombol semak-semak hijau. Setelah shalat, semak-semak itu bersuara, “Tidakkah engkau akan bertanya siapa aku ini?” Nabi Sulaiman pun bertanya, dan semak-semak itu menjawab dengan memberikan nama dan khasiatnya sebagai obat untuk berbagai penyakit.
Dari hadits tersebut, terlihat bahwa tempat tumbuhnya tanaman yang berbicara dengan Nabi Sulaiman sangat dekat dengan tempat ibadah shalat. Interaksi antara Nabi dan tanaman terjadi setelah ibadah shalat, menunjukkan perhatian beliau terhadap kemanfaatan tanaman sebagai pelaksanaan amanah dari Allah. Dengan kata lain, mengurus ekologi sangat berkaitan dengan urusan spiritual.
Nabi Sulaiman kemudian memerintahkan agar semak-semak tersebut dipotong. Ketika hal itu dilakukan, semak-semak sejenis tumbuh kembali setiap hari. Dengan cara ini, Nabi Sulaiman memperoleh pengetahuan tentang berbagai semak-semak dan menulis buku mengenai obat-obatan yang dapat diambil dari tanaman tersebut.
Hadits lain yang terkenal dari Ibnu Abbas menyatakan bahwa Nabi Sulaiman mendapatkan pengetahuan tentang tanaman ketika mereka tumbuh di hadapannya. Beliau biasa bertanya, “Apa namamu?” dan “Untuk apa engkau ini?” Berdasarkan jawaban yang diberikan, beliau menentukan apakah tanaman tersebut baik untuk ditanam atau memiliki khasiat obat.
Nabi Sulaiman juga memanfaatkan tanaman berkhasiat untuk kesehatan. Salah satu contohnya adalah tanaman Naurah, sejenis limau perontok rambut yang digunakan oleh Nabi Muhammad. Diriwayatkan bahwa Nabi Muhammad juga menggunakan Naurah untuk keperluan yang sama dan menganjurkannya kepada umatnya.
Koleksi dan perbanyakan tanaman yang bermanfaat bagi manusia adalah bagian dari konsep ekologi spiritual. Nabi Sulaiman memiliki kebun koleksi tanaman yang bermanfaat untuk berbagai keperluan, tidak hanya untuk manusia tetapi juga untuk hewan ternak dan liar.
Selanjutnya, keunikan tanaman bermanfaat yang tumbuh di berbagai belahan dunia selalu sesuai untuk mencukupi kebutuhan manusia di daerah tersebut. Misalnya, tanaman pangan di daerah tropis berbeda dengan di subtropis karena disesuaikan dengan kondisi lingkungan masing-masing.
Tanaman obat yang tumbuh di berbagai lingkungan juga menjadi kajian etnomedisin bagi para ahli pengobatan. Hippocrates pernah merekomendasikan agar setiap penderita sakit diobati dengan tumbuhan dari daerah asalnya.
Tanaman buah memberikan nutrisi yang tepat sesuai kebutuhan manusia dan musim yang dialami. Musim buah yang berganti menyediakan kebutuhan gizi manusia yang dinamis.
Akhir-akhir ini, para peneliti berusaha menguak bahasa makhluk hidup, termasuk bahasa tanaman. Upaya dan penelitian ini patut diapresiasi.
Sebagai bagian dari umat beragama, penting bagi kaum Muslimin untuk menerapkan ekologi spiritual. Gerakan menanam pohon masih relevan untuk digalakkan, tidak hanya untuk mendukung ketersediaan sumber daya alam tetapi juga untuk memastikan kelestariannya bagi generasi mendatang.