Nabi Muhammad sebagai utusan Allah memiliki garis-garis besar yang menjadi penuntun dalam setiap aktivitas kehidupannya. Sejak sebelum diangkat menjadi Nabi dan Rasul, beliau terus mencari dan merenungkan jalan kebenaran. Dalam sebuah riwayat, Sayyidina Ali bin Abi Thalib bertanya tentang garis-garis besar dari jalan hidup Rasulullah, dan beliau menjawab dengan pernyataan yang mendalam:
“Ma’rifat kepada Allah adalah modalku, akal adalah pangkal agamaku, cinta adalah dasar semua langkahku, kerinduan kepada Allah adalah kendaraanku, zikir kepada Allah adalah teman pendampingku, kemantapan hati adalah perbendaharaanku, kesedihan adalah teman karibku, ilmu adalah senjataku, sabar adalah pakaian kebesaranku, ridha Allah adalah hasil keuntunganku.”
Pernyataan tersebut mencerminkan garis besar dari jalan hidup Rasulullah yang mengantarkannya kepada kesuksesan baik dalam kehidupan duniawi maupun ukhrawi. Siapa saja yang mengikuti jalan tersebut pasti akan meraih kebahagiaan dalam segala aspek kehidupannya.
Dalam sabdanya, Rasulullah menyatakan bahwa puncak akal setelah iman kepada Allah adalah mencintai semua manusia dan berbuat kebajikan kepada setiap orang. Ini menunjukkan pentingnya akhlak mulia dalam interaksi sosial. Ahli kebaikan di dunia adalah ahli kebaikan di akhirat, sementara ahli kejahatan di dunia juga akan mendapatkan balasan yang sama di akhirat.
Kesuksesan Nabi Muhammad dalam berdakwah juga didukung oleh tiga sifat utama yang termuat dalam ayat Al-Qur’an:
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
Artinya: “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At-Taubah: 128). Ayat ini menegaskan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang berasal dari manusia, menunjukkan bahwa beliau adalah manusia pilihan yang luar biasa.
Keistimewaan Rasulullah terletak pada tiga sifatnya:
- Azizun ‘alaih ma’anittum (berat terasa olehnya penderitaanmu). Sepanjang hayatnya, Nabi selalu memikirkan umatnya dan tidak ingin mereka menderita.
- Harishun ‘alaikum (sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagimu). Ini mencerminkan kasih sayang dan harapan beliau kepada umatnya.
- Bil mu’minina raufur rahim (amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang Mukmin). Rasa kasih sayang yang mendalam ini menjadi landasan dalam dakwahnya.
Nabi Muhammad juga mengajarkan umatnya untuk tidak malas dan bergantung pada belas kasihan orang lain. Dalam sebuah riwayat, seorang sahabat datang meminta bantuan karena kemiskinan. Alih-alih memberikan bantuan langsung, Nabi mendorongnya untuk berusaha dengan menjual barang yang dimiliki. Sahabat itu kemudian berhasil mandiri dan tidak lagi bergantung pada orang lain.
Islam menekankan pentingnya bekerja keras dan menjadi umat yang kuat. Dalam satu peristiwa, Nabi meminta para sahabat untuk membaiatnya dengan menyembah Allah dan tidak meminta sesuatu kepada orang lain. Setelah baiat tersebut, para sahabat berusaha keras untuk tidak meminta bantuan kecuali dalam keadaan terpaksa.
Kisah-kisah ini menggambarkan prinsip-prinsip hidup yang diajarkan oleh Nabi Muhammad, dan bagaimana akhlak serta kerja keras dapat membawa kesuksesan yang hakiki bagi umatnya.