- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kelembutan dalam Dakwah: Teladan dari Nabi Muhammad dan Mush’ab bin Umair

Google Search Widget

Salah satu teladan penting yang diwariskan oleh Nabi Muhammad ﷺ kepada umatnya adalah kelembutan dalam berdakwah. Dengan cara ini, beliau mampu mengubah orang-orang yang sebelumnya menjadi penentang keras agama Islam menjadi Muslim yang taat. Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an:

ٱدۡعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلۡحِكۡمَةِ وَٱلۡمَوۡعِظَةِ ٱلۡحَسَنَةِۖ وَجَٰدِلۡهُم بِٱلَّتِي هِيَ أَحۡسَنُۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعۡلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ وَهُوَ أَعۡلَمُ بِٱلۡمُهۡتَدِينَ (QS. An-Nahl [16]: 125).

Ayat ini menegaskan bahwa dalam menyampaikan ajaran Islam atau berdakwah, seharusnya dilakukan dengan cara yang santun dan tidak diwarnai aksi kekerasan. Dakwah dengan pendekatan ini terbukti berhasil dari zaman Nabi Muhammad hingga saat ini. Sebaliknya, pendekatan kekerasan justru sering kali menyebabkan dakwah mengalami kegagalan.

Rasulullah ﷺ pernah bersabda,

يَسِّرَا وَلَا تُعَسِّرَا وَبَشِّرَا وَلَا تُنَفِّرَا وَتَطَاوَعَا وَلاَ تَخْتَلِفَا

Artinya, “Mudahkanlah, janganlah mempersulit, dan jangan membuat manusia lari (dari kebenaran). Saling bantu dalam melaksanakan tugas dan jangan berselisih.” (HR al-Bukhari dan Muslim). Hadits ini disampaikan oleh Nabi ketika beliau mengutus Abu Musa dan Mu’adz bin Jabal untuk menyampaikan surat dakwah kepada pemimpin di negeri Yaman. Beliau berpesan agar dalam berdakwah tidak membuat agama Islam terkesan memberatkan, sehingga dakwah sulit diterima masyarakat.

Salah satu contoh sukses dakwah dengan kelembutan adalah dakwah yang dilakukan oleh Mush’ab bin Umair, seorang duta Islam yang diutus Nabi Muhammad ke Yatsrib (sebelum menjadi Madinah). Setelah peristiwa Baiat Aqabah pertama pada tahun ke-11 kenabian, Rasulullah mengutus beberapa orang untuk menjadi duta Islam di kota tersebut. Mush’ab bin Umair al-Abdari adalah salah satu dari mereka yang berhasil mengislamkan banyak penduduk Yatsrib.

Mush’ab menginap di rumah As’ad bin Zurarah dan bersama-sama mereka mengunjungi perkampungan Bani Abdul Asyhal dan Bani Zhafar untuk mengajak mereka memeluk agama Islam. Ketika Usaid bin Khadir, pemimpin Bani Asyhal, mendengar kedatangan mereka, ia datang dengan membawa tombak dan siap mengusir Mush’ab dan As’ad. Namun, dengan sikap tenang dan sopan, Mush’ab mengajak Usaid untuk duduk agar ia memahami apa yang akan disampaikan.

Usaid yang terkesan dengan sikap Mush’ab akhirnya setuju dengan ajaran yang disampaikan dan ingin memeluk Islam. Setelah itu, ia membujuk Sa’d bin Mu’adz untuk menemui Mush’ab, dan Sa’d juga memutuskan untuk masuk Islam. Dengan demikian, dua pemimpin kaum tersebut berhasil menarik banyak orang di bawah kekuasaannya untuk mengikuti jejak mereka.

Kelembutan Mush’ab dalam menyampaikan ajaran Islam membuat dakwahnya sangat sukses, hingga di setiap perkampungan di Yatsrib terdapat orang-orang yang memeluk Islam. Keberhasilan dakwah Mush’ab juga terlihat saat Baiat Aqabah kedua pada tahun 622 M, di mana jumlah orang yang ikut serta meningkat dari enam menjadi lebih dari 70 orang.

Kisah keberhasilan Mush’ab dalam mengislamkan penduduk Yatsrib menunjukkan bahwa kelembutan dalam berdakwah adalah strategi yang efektif. Berkat jasanya, kota yang kemudian dikenal sebagai Madinah ini menjadi pusat penyebaran Islam yang sangat berpengaruh hingga Islam mendunia dengan jumlah pemeluk yang sangat banyak.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?