Khalifah Umar bin Khattab dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan bijaksana. Di masa pemerintahannya, ia tetap mempertahankan Khalid bin Walid sebagai Panglima, yang sebelumnya juga dipercaya oleh Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq. Tugas berat menaklukkan kekuasaan Persia pun diberikan kepada Khalid, yang merupakan imperium besar yang pernah menaklukkan Kerajaan Romawi. Di bawah kepemimpinan Umar, Khalid berhasil meraih kemenangan gemilang.
Namun, keberhasilan tersebut tidak membuat Khalifah Umar ragu untuk mengambil keputusan yang mengejutkan. Ia memecat Khalid bin Walid dari jabatannya sebagai Panglima. Keputusan ini berani dan tidak biasa di kalangan pemimpin, apalagi mengingat status Khalid yang sangat dihormati. Umar khawatir akan adanya gejala didewa-dewakannya Khalid oleh rakyat, yang dapat berpengaruh negatif pada moral dan mental Khalid.
Khalid menerima pemecatan tersebut dengan lapang dada. Ia tidak marah atau berang, melainkan memahami bahwa keputusan Umar adalah untuk kepentingan bersama. Kesetiaannya kepada Khalifah tetap utuh, meskipun tidak lagi memegang jabatan Panglima.
Khalifah Umar menunjukkan ketegasan dalam berbagai situasi. Suatu ketika, ia menerima laporan bahwa putra Gubernur Mesir, Amr bin Ash, telah berbuat sewenang-wenang dengan menempeleng seorang warga tanpa alasan yang jelas. Dalam menghadapi situasi ini, Umar segera memanggil Amr bin Ash untuk mempertanggungjawabkan tindakan putranya. Di hadapan mereka, Umar menegaskan prinsip keadilan dengan mengatakan, “Sampai kapan kalian memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan merdeka?”
Ketegasan Umar tidak hanya ditunjukkan dalam situasi ini. Ketika Amr bin Ash berencana membangun masjid dan menggusur gubuk seorang Yahudi, konflik pun muncul. Meskipun Amr menawarkan harga dua kali lipat untuk gubuk tersebut, si Yahudi menolak karena tidak memiliki tempat tinggal lain. Merasa diperlakukan tidak adil, si Yahudi pergi ke Madinah untuk mengadukan nasibnya kepada Khalifah Umar.
Setibanya di Madinah, si Yahudi menemukan Umar sedang beristirahat di bawah pohon kurma. Saat ditanya tentang istana Umar, ia terkejut mengetahui bahwa sang khalifah hidup sederhana dan dekat dengan rakyat kecil. Ketika si Yahudi menyampaikan keluhannya tentang Gubernur Amr bin Ash, Umar memberikan perintah yang mengejutkan: ia meminta si Yahudi mengambil sepotong tulang unta dari tempat sampah dan memberikannya kepada Amr bin Ash.
Setelah menyampaikan pesan tersebut kepada Gubernur Amr, si Yahudi melihat betapa takutnya Amr ketika menerima perintah dari Khalifah. Amr menyadari bahwa tindakan sewenang-wenangnya dapat berakibat fatal. Ia kemudian membatalkan penggusuran gubuk si Yahudi dan mengingatkan dirinya untuk berlaku adil sebagai pemimpin.
Akhirnya, si Yahudi tergerak oleh keadilan yang diperlihatkan oleh Khalifah Umar dan memutuskan untuk menghibahkan gubuknya bagi pembangunan masjid serta masuk Islam. Kisah ini menunjukkan bagaimana ketegasan dan keadilan seorang pemimpin dapat membawa perubahan positif dan menciptakan rasa saling menghormati antarumat beragama.