- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Rasulullah sebagai Teladan Utama

Google Search Widget

Rasulullah Muhammad SAW merupakan panutan ideal dalam berbagai aspek kehidupan. Setiap aspek dalam diri beliau menjadi teladan bagi umat Islam. Akhlaknya yang terpuji, ucapannya yang santun dan penuh hikmah, sifatnya yang sangat jujur, serta keputusan-keputusannya yang hati-hati memberikan pelajaran berharga yang sepatutnya diikuti.

Sayyid Wajihuddin Abdurrahman ad-Diba’ (wafat 944 H) dalam kitab maulidnya menggambarkan akhlak Rasulullah dengan ungkapan syair yang indah, “Hatinya tidak pernah lengah dan tidak (pula) tidur, bahkan selalu berkhidmah dan mengingat Allah. Jika disakiti, beliau selalu memaafkan dan tidak membalas menyakiti. Jika diajak bertengkar, beliau selalu diam dan tidak menjawab.”

Kepribadian Rasulullah tidak terlepas dari prinsipnya sebagai rasul yang diutus Allah sebagai rahmat bagi seluruh alam. Semua makhluk—manusia, hewan, tumbuhan, dan segala sesuatu di jagat raya—merasakan rahmat dari diutusnya Nabi Muhammad. Dalam Al-Qur’an, hal ini ditegaskan: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam” (QS Al-Anbiya’: 107).

Jika Rasulullah diutus sebagai rahmat untuk semesta, maka semua yang dibawanya adalah kasih sayang, tanpa kekerasan dan rasa dendam. Beliau senantiasa mengajak kepada kebenaran meskipun sering kali menghadapi serangan, hinaan, dan cacian.

Sikap Rasulullah yang patut dicontoh adalah selalu mendoakan kebaikan meskipun dizalimi. Tidak ada catatan bahwa beliau berdoa agar suatu kaum dihancurkan oleh azab Allah. Beberapa peristiwa menunjukkan betapa beliau tetap mendoakan kebaikan meskipun dihina dan dizalimi oleh orang-orang kafir.

Pada Perang Hunain, meski umat Islam meraih kemenangan melawan koalisi kafir Quraisy, Rasulullah tetap menunjukkan sikap penuh kasih. Ketika para sahabat meminta doa agar bangsa Thaif dihancurkan, Rasulullah justru berdoa agar mereka diberikan petunjuk. Doa ini menjadi salah satu sebab berkembangnya ajaran Islam di kalangan kabilah Tsaqif.

Dalam dakwahnya di Thaif, Rasulullah menunjukkan kesabaran yang luar biasa. Beliau menyeru penduduk Thaif untuk memeluk Islam dengan ramah tanpa memaksa. Meskipun menerima hinaan dan serangan fisik, beliau tetap bersikap tenang. Ketika malaikat Jibril menawarkan untuk menghancurkan penduduk Thaif, Rasulullah menolak dan memilih untuk mendoakan mereka agar mendapatkan hidayah.

Doa beliau menggambarkan misi sebagai rahmat bagi seluruh alam: “Sungguh Allah tidak mengutusku untuk menjadi orang yang merusak, tetapi untuk menjadi penyeru dan pembawa rahmat. Ya Allah, berilah hidayah untuk kaumku karena sesungguhnya mereka tidak mengetahui!” (HR Al-Baihaqi).

Potret dakwah Rasulullah menunjukkan bahwa meskipun orang-orang yang diajak memeluk Islam menolak dan menyerangnya, beliau tidak marah atau membenci mereka. Sebaliknya, beliau mendoakan kebaikan agar mereka mendapatkan hidayah. Ini seharusnya menjadi contoh bagi umat Islam bahwa cara terbaik untuk mengajak orang lain memeluk agama Islam adalah dengan kesabaran dan doa agar Allah memberikan petunjuk, meskipun menghadapi penolakan atau permusuhan.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?