Islam sebagai agama paripurna memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan sosial masyarakat. Sebelum kedatangan Islam, bangsa Arab memiliki keyakinan bahwa bulan Safar adalah bulan sial yang sarat dengan kejelekan. Namun, Islam datang untuk menghapus mitos tersebut dengan mengajarkan bahwa tidak ada bulan yang membawa sial dengan sendirinya. Semua sudah ditentukan oleh Allah SWT sejak zaman azali.
Bulan Safar kemudian dikenal sebagai bulan yang penuh makna dalam sejarah Islam, di mana umat Muslim berjuang dengan sepenuh hati, mengorbankan nyawa dan harta demi kejayaan Islam. Dua peristiwa peperangan bersejarah terjadi pada bulan ini, yaitu Perang Abwa dan Perang Khaibar. Habib Abu Bakar al-Adni ibn Habib ‘Ali Al-Masyhur menggambarkan peristiwa ini dalam syairnya:
وَغَزْوَةُ الْأَبْوَاءِ فِيْهِ صَدَرَتْ *** كَأَوَّلِ الغَزْوَاتِ ضِدَّ مَنْ كَفَرْ *** وَخَيْبَرُ فِيْهِ غَزَاهَا المُصْطَفَى *** مُفْتَتِحًا حُصُوْنَهَا وَمَا انْدَحَرْ
Artinya, “Dan pada bulan ini (Safar) peperangan Abwa terjadi *** menjadi permulaan peperangan melawan orang kafir *** perang Khaibar (pada bulan Safar) yang diikuti oleh Nabi Muhammad, Nabi terpilih *** (Rasulullah) menghantam benteng-benteng Khaibar dan mengalahkan (orang kafir).”
Dalam Perang Khaibar, Rasulullah SAW berangkat bersama seribu empat ratus prajurit yang terdiri dari pasukan infanteri dan kavaleri. Sesampainya di Khaibar, Rasulullah memerintahkan para sahabat untuk berhenti dan berdoa agar Allah memberikan kebaikan kepada kampung tersebut dan melindungi mereka dari keburukan. Ia juga menekankan untuk tidak menyerang sebelum pagi hari dan akan menahan serangan jika mendengar azan.
Pagi harinya, ketika penduduk Khaibar melihat Rasulullah dan pasukannya, mereka melarikan diri ketakutan, berpikir bahwa mereka akan diserang. Namun, Rasulullah tidak akan memerangi mereka jika mereka mengikuti prosedur yang dibawa dan tidak menentang ajaran Islam. Melihat reaksi itu, Rasulullah berseru kepada para sahabat bahwa Khaibar akan hancur jika mereka masuk.
Benteng-benteng Khaibar terdiri dari dua lapis dengan beberapa benteng utama. Rasulullah dan para sahabat sepakat untuk menyerang benteng Na’im terlebih dahulu. Sayyidina Ali bin Abi Thalib memimpin pasukan untuk menyerang benteng tersebut. Dalam pertempuran ini, Sayyidina Ali berhasil membunuh Marhab, seorang pejuang Yahudi yang terkenal kuat. Kemenangan ini meningkatkan semangat pasukan Islam.
Setelah mengalahkan Marhab, pertempuran sengit berkepanjangan terjadi selama beberapa hari. Meskipun mendapat perlawanan berat, umat Islam berhasil merebut beberapa benteng dan melemahkan mental perlawanan pasukan musuh. Dengan strategi yang baik, pasukan Muslim menyusun rencana untuk mengepung benteng-benteng penting lainnya.
Doa Rasulullah pada malam hari sebelum penyerangan menjadi kunci keberhasilan dalam menundukkan benteng-benteng tersebut. Akhirnya, pasukan Muslim berhasil menaklukkan benteng az-Zubair sebelum Maghrib, memperoleh banyak harta rampasan dari kemenangan tersebut.
Setelah penaklukan, penduduk Khaibar meminta agar mereka dapat tetap tinggal dan bertani di tanah mereka, dengan imbalan memberikan sebagian hasil bumi kepada umat Muslim. Rasulullah menerima tawaran tersebut dan menyetujui perjanjian damai dengan penduduk Khaibar.
Peristiwa Perang Khaibar bukan hanya sekadar peperangan, tetapi juga menjadi simbol perjuangan umat Islam dalam menegakkan kebenaran dan keadilan. Bulan Safar kini dikenang sebagai bulan yang sarat dengan sejarah dan pelajaran berharga bagi umat Muslim.