Umar bin Khattab (586-644 M) merupakan salah satu tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah dunia, menempati urutan ke-51 dalam daftar 100 tokoh berpengaruh. Di bawah kepemimpinan Umar, terjadi penaklukan besar-besaran oleh Arab yang lebih bersifat nasionalistis dibandingkan dengan perang suci. Umar ra, yang menjadi khalifah kedua setelah Abu Bakar ra, dikenal sebagai pemimpin yang memiliki tanggung jawab publik yang tinggi.
Umar ra pernah berkata, “Seandainya seekor unta atau anak kambing mati sia-sia akibat kebijakanku, maka saya takut kelak Allah akan meminta pertanggungjawabanku tentang kematiannya.” Pernyataan ini menunjukkan betapa besar perhatian Umar terhadap nasib rakyatnya. Ia sangat peduli terhadap kebutuhan pangan dan bahkan sering mengantarkan sendiri karung berisi tepung untuk janda dan anak yatim. Ketika ada warga yang menawarkan bantuan, Umar ra menolak dengan tegas karena merasa tidak ingin membebani orang lain dengan dosa yang mungkin ditimbulkan.
Rasulullah SAW pun memuji Umar ra dengan mengatakan bahwa sebaik-baik orang adalah Umar, yang selalu mencari janda dan anak yatim serta membawakan makanan untuk mereka ketika mereka tertidur. Sayyidina Umar dikenal sebagai pemimpin yang blusukan di tengah masyarakat saat malam tiba, mengumumkan bahwa siapa saja yang berkepentingan dipersilakan untuk mendatangi dirinya.
Dalam pengangkatan menteri atau gubernur, Umar ra menerapkan disiplin yang ketat dan menuntut dedikasi tinggi. Ia mensyaratkan agar mereka tidak menggunakan kendaraan mewah dan selalu siap sedia melayani masyarakat. Pelanggaran terhadap aturan ini akan mendapatkan sanksi dari Umar.
Umar ra sendiri adalah sosok yang kurang tidur, mendedikasikan waktu siangnya untuk melayani publik dan malamnya untuk beribadah. Ia percaya bahwa tidak ada waktu untuk tidur, karena jika ia tidur siang, ia akan menelantarkan masyarakat, dan jika ia tidur malam tanpa beribadah sunnah, ia akan menyia-nyiakan diri sendiri. Salah satu doanya sebagai pejabat publik adalah, “Ya Allah, jangan jadikan kesengsaraan umat Muhammad SAW pada tangan (kebijakan)ku.”
Keadilan juga menjadi prinsip utama bagi Umar ra. Ia pernah memutuskan sebuah kasus sengketa lahan yang melibatkan seorang Yahudi dan gubernur Mesir, Amr bin Ash. Dalam putusannya, Umar ra berpihak pada keadilan tanpa mempertimbangkan posisi gubernur.
Umar ra dikenal dengan kesederhanaannya. Ia sering makan dengan satu jenis lauk dan mengenakan pakaian yang penuh tambalan. Ketika putranya, Ashim, sedang menikmati daging, Umar ra bertanya tentang maksudnya. Ketika Ashim menjawab bahwa mereka menginginkannya, Umar ra mengingatkan bahwa seseorang harus cukup dengan apa yang ada dan tidak berlebihan.
Sebagai pemimpin, Umar ra terkenal lapang dada dan terbuka terhadap kritik. Ia senang mendengarkan masukan dari rakyatnya dan menganggap orang yang menunjukkan kekurangan dirinya adalah orang yang paling disukainya. Kepribadian ini menjadikannya sebagai teladan bagi banyak pemimpin di masa lalu maupun saat ini.