Umat Muslim di seluruh dunia tidak hanya menghadapi rukun Islam yang kelima, yaitu menunaikan ibadah haji, tetapi juga dapat memetik hikmah dari ibadah puasa di bulan Dzulhijjah, puasa sunnah Tarwiyah dan Arafah, serta memperingati hari besar kedua umat Islam, Idul Adha.
Idul Adha, yang juga dikenal sebagai Hari Raya Kurban, menjadi momen di mana umat Islam beramai-ramai memberikan hewan kurban seperti kambing, kerbau, maupun sapi, sesuai dengan syariat Nabi Ibrahim dan Ismail. Ibrahim merupakan sosok yang penuh kepatuhan kepada Allah. Ketika Allah memerintahkan Ibrahim untuk menyembelih anaknya, tanpa ragu ia melaksanakan perintah tersebut dan memanggil Ismail untuk berdiskusi.
Dalam musyawarah tersebut, Ismail setuju untuk dijadikan kurban oleh ayahnya (QS as-Shaffat: 107). Ketika saatnya tiba, Ismail menunjukkan kesabaran dan kepasrahan kepada Allah. Nabi Ibrahim percaya bahwa tidak ada perintah dari Allah tanpa adanya jaminan. Hal ini terbukti ketika sembelihan Ibrahim diganti dengan kambing besar, menjadi cikal bakal syariat kurban. Ini mengingatkan kita untuk berkurban, agar Allah menggantinya dengan rezeki yang lebih banyak.
Tuntunan mengenai kurban juga terdapat dalam Al-Qur’an Surat Al-Kautsar ayat 2: “Maka laksanakanlah sholat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.” Makna kurban dalam ayat ini memiliki berbagai dimensi, karena tujuannya adalah takwa kepada Allah. Untuk mencapai derajat ini, manusia tidak hanya dapat mengandalkan keshalehan vertikal kepada Tuhan, tetapi juga harus menumbuhkan keshalehan sosial kepada sesama manusia sebagai dasar kekhalifahan di muka bumi.
Aspek sosial dalam ibadah kurban sangat jelas terlihat ketika seseorang berbagi kebahagiaan dengan masyarakat kurang mampu agar mereka dapat menikmati daging kurban. Dimensi ini menyadarkan individu bahwa kepedulian terhadap sesama memiliki peran penting dalam menumbuhkan keshalehan sosial baik pada diri sendiri maupun orang lain. Dengan demikian, dampak ibadah kurban bersifat timbal balik dalam menciptakan kebaikan.
Pandangan kepedulian kepada sesama tidak hanya terbatas pada kurban. Ibadah kurban adalah salah satu amal shaleh yang dianjurkan oleh Allah, yang mengandung pelajaran berharga dari sejarah Nabi Ibrahim, Ismail, dan Siti Hajar. Ketiga sosok ini menjadi petunjuk bagi umat Muslim dalam menjalani tahap-tahapan ibadah haji.
Seperti yang diketahui, rukun haji seperti Sa’i dan lempar jumrah berasal dari riwayat Nabi Ibrahim dan Siti Hajar. Namun, penting untuk memahami secara substantif meskipun terwujud dalam simbol-simbol ibadah haji.
Dalam momen Idul Adha ini, Nabi Ibrahim dan keluarganya menjadi teladan penghambaan terbaik kepada Tuhan. Oleh karena itu, ibadah haji dan kurban tidak semata-mata ritual, tetapi harus dijadikan instrumen berharga untuk menghamba kepada Allah, bukan hanya sekadar menjalankan ritual.
Seringkali, kita menemukan orang yang berkali-kali menunaikan ibadah haji, tetapi tetangga di sekitarnya mengalami kesulitan memenuhi kebutuhan hidup. Begitu pula dengan ibadah kurban, yang seharusnya mampu menumbuhkan kebaikan dalam diri manusia agar kepedulian terhadap sesama terus dipupuk setiap hari.