Terdapat banyak riwayat yang menggambarkan akhlak, kepribadian, serta ciri fisik Nabi Muhammad, termasuk cara beliau berpakaian. Hal-hal ini tercatat dengan baik dalam berbagai hadits.
Dalam kitab Asy-Syamail al-Muhammadiyah, Imam At-Tirmidzi menjelaskan berbagai aspek terkait pakaian Nabi Muhammad dalam kehidupan sehari-harinya.
Pertama, mengenai pakaian yang disukai. Istri Nabi, Sayyidah Ummu Salamah, menyebutkan bahwa gamis adalah pakaian yang paling disukai oleh Nabi Muhammad. Anas bin Malik juga menyatakan bahwa Nabi Muhammad sangat menyukai hibarah, jenis pakaian yang berasal dari Yaman.
Kedua, tentang warna. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Nabi Muhammad pernah mengenakan pakaian berwarna merah. Bara’ bin Azib berpendapat bahwa baju merah sangat cocok untuk Nabi. Dikatakan bahwa tidak ada orang yang lebih baik dari Nabi ketika mengenakan pakaian berwarna merah. Panjang lengan baju beliau mencapai pergelangan tangan. Sufyan, merujuk pada riwayat Abu Juhaifah, berpendapat bahwa pakaian merah yang dimaksud adalah hibarah. Selain merah, Nabi Muhammad juga diketahui pernah mengenakan pakaian berwarna putih, hijau, dan hitam. Beliau bahkan menganjurkan agar masyarakat mengenakan pakaian putih, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, karena dianggap lebih baik dan suci.
Ketiga, mengenai pakaian dari bangsa lain. Nabi Muhammad pernah mengenakan jubah Romawi dengan lengan sempit dan juga pakaian dari daerah Qithr saat melaksanakan shalat, serta baju berbulu hitam.
Keempat, terdapat riwayat tentang Nabi Muhammad yang menggunakan pakaian usang berwarna za’faran. Qailah binti Makhramah pernah melihat pakaian tersebut sudah mulai pudar.
Kelima, Nabi Muhammad selalu mendahulukan yang kanan dalam berbagai aktivitas, seperti memakai sandal, menyisir, berjalan, dan bersuci. Hal ini sesuai dengan hadits yang diriwayatkan oleh Sayyidah Aisyah.
Keenam, beliau selalu berdoa saat mengenakan baju baru sebagai bentuk syukur kepada Allah. Sebuah doa yang beliau panjatkan ketika memakai baju baru tercatat dalam keterangan Abu Sa’id al-Khudri: “Ya Allah segala puji bagi-Mu, sebagaimana Engkau telah memberi aku pakaian. Aku mohon kepada-Mu kebaikan pakaian ini, serta kebaikan sesuatu yang diciptakan untuknya. Aku berlindung kepada-Mu dari keburukan pakaian ini, serta keburukan sesuatu yang diciptakan untuknya.”
Serban Nabi Muhammad biasanya berwarna hitam dan dijulurkan di antara kedua pundaknya. Beliau mengenakan serban hitam dalam beberapa kesempatan, seperti saat peristiwa Fathu Makkah dan ketika berkhotbah di hadapan sahabat.
Dalam hal alas kaki, Nabi menggunakan sepatu dan kadang sandal. Sepatu beliau didapat dari hadiah orang lain, seperti sepasang sepatu berwarna hitam pekat yang diberikan oleh Raja Najasyi. Dihyah juga pernah memberikan sepatu kepada Nabi.
Terkait sandal, beberapa riwayat menjelaskan spesifikasinya. Menurut Anas bin Malik, sandal Nabi memiliki dua buah qibal atau pelana sandal yang terbuat dari tali di antara dua jari kaki. Masing-masing qibal terdiri dari dua tali. Ibnu Umar menggambarkan sandal Nabi sebagai gundul dan tidak berbulu. Dalam shalat, beliau juga pernah mengenakan sandal berlubang.
Muhammad Rawwas Qal’ah Ji dalam Syakhyiyah Ar-Rasul menjelaskan bahwa pakaian yang dikenakan Nabi Muhammad bukanlah pakaian khusus. Beliau mengenakan baju seperti orang pada umumnya pada zamannya. Sehingga orang asing yang datang menghadap Nabi sering kali tidak dapat mengenalinya ketika beliau berada di tengah sahabat-sahabatnya, karena tampilan dan pakaiannya tidak mencolok dan mirip dengan orang lain di sekitarnya.