Masyarakat Arab Jahiliyah telah mengenal dua hari raya yang diperingati setiap tahun, yaitu Nairuz dan Mahrajan. Hari raya ini dirayakan pada saat cuaca stabil, baik dalam kondisi panas maupun dingin. Hari Id Nairuz menandai saat matahari berada di titik Aries, atau ekuinoks vernal, sedangkan hari Id Mahrajan menandai awal hari Libra. Pada kedua hari raya ini, masyarakat Arab Jahiliyah merayakannya dengan pesta yang penuh dengan dosa dan kesenangan yang menjauhkan mereka dari ketaatan, seperti minum-minuman keras, tarian perang, dan sajian lezat. Namun, setelah kedatangan Islam, Allah mengganti makna peringatan kedua hari raya tersebut dengan ekspresi kebahagiaan yang jauh dari kandungan dosa.
Ketika Nabi Muhammad SAW tiba di Madinah pada tahun 622 M, beliau menemukan bahwa masyarakat setempat telah merayakan dua hari raya tersebut. Sahabat Anas RA menceritakan bahwa warga Madinah biasa berpesta pada dua hari raya itu. Rasulullah SAW kemudian menyampaikan, “Allah telah menggantikan keduanya dengan dua hari raya yang lebih baik bagi kalian, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri.”
Hari raya merupakan momen untuk mengekspresikan kebahagiaan, meningkatkan nafkah bagi keluarga, serta bersyukur atas nikmat yang diperoleh. Berbeda dengan perayaan masyarakat Arab Jahiliyah yang diisi dengan aktivitas yang dilarang oleh Allah, Islam mengubah isi peringatan hari raya menjadi momen bahagia yang penuh syukur dan ekspresi tahadduts bin nikmah. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Dengan karunia dan rahmat Allah, maka dengan itu hendaklah mereka berbahagia,’” (Surat Yunus ayat 58).
Hari raya Idul Fitri pertama kali disyariatkan pada tahun kedua hijriyah, sekitar 623-624 M. Dengan demikian, Allah membatalkan dua hari raya Nairuz dan Mahrajan yang diperingati oleh masyarakat Arab Jahiliyah dan menetapkan dua hari raya yang dikenal dalam Islam, yaitu Idul Adha dan Idul Fitri. Pada hari raya Idul Adha, umat Islam dapat mendekatkan diri kepada Allah melalui penyembelihan hewan ternak yang telah ditentukan. Sementara itu, hari raya Idul Fitri menjadi saat bahagia bagi umat Islam setelah sebulan berpuasa.
Hari raya kini menjadi momentum untuk bersyukur dan memuji Allah, menjadikan perayaan sebagai bentuk pengabdian dan rasa syukur atas segala nikmat yang diberikan.