- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Hari Ayah: Refleksi Akhlak Rasulullah ﷺ sebagai Seorang Ayah

Google Search Widget

Tanggal 12 November diperingati oleh masyarakat Indonesia sebagai Hari Ayah. Peringatan ini merupakan bentuk penghargaan kepada para ayah serta pengingat akan kewajiban dan perhatian mereka terhadap keluarga. Ayah tidak hanya diharapkan menjadi pencari nafkah yang bertanggung jawab, tetapi juga pelindung, pemimpin, dan teladan yang baik bagi keluarga. Mereka berperan sebagai pendidik dan penjamin masa depan anak-anak.

Hari Ayah yang bertepatan dengan Hari Kelahiran Nabi ﷺ tahun ini menjadi momen yang tepat untuk meninjau akhlak dan perilaku Rasulullah ﷺ sebagai seorang ayah dan suami. Apa pesan beliau untuk para ayah dan suami?

Rasulullah ﷺ adalah sosok yang sangat sibuk dengan berbagai tanggung jawab, seperti mengurus pemerintahan, memimpin pasukan, menegakkan hukum, dan mengajar para sahabat. Namun, di tengah kesibukan tersebut, beliau tetap menunjukkan perhatian dan tanggung jawab terhadap keluarganya, termasuk anak-anak dan cucunya. Dalam sebuah hadits, beliau menyatakan:

خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لأَهْلِي

“Yang terbaik di antara kalian adalah yang terbaik terhadap keluarganya. Dan aku adalah yang terbaik kepada keluargaku” (HR al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ibnu Hibban).

Rasulullah ﷺ juga dikenal sebagai sosok penyayang terhadap anak-anak. Anas ibn Malik, yang sering bersama beliau, menyatakan bahwa beliau adalah orang yang paling sayang kepada keluarganya. Keakraban beliau terlihat dalam berbagai kesempatan, seperti ketika beliau mencium cucunya, al-Hasan ibn ‘Ali. Ketika al-Aqra‘ ibn Habis melihatnya dan berkomentar bahwa ia tidak pernah mencium anaknya, Rasulullah ﷺ menjawab, “Siapa yang tak sayang, maka tak disayang” (HR al-Bukhari dan Muslim).

Sikap tersebut menunjukkan bahwa kejantanan tidak diukur dari ketidakdekatannya dengan anak-anak. Rasulullah ﷺ mencontohkan kasih sayang yang luhur dan patut dicontoh oleh para ayah. Beliau juga menunjukkan kerendahan hati dengan bergaul dengan anak kecil, seperti ketika menghibur anak Ummu Sulaim yang menangis karena kehilangan burung kesayangannya.

Kelembutan Rasulullah ﷺ terlihat ketika beliau tidak membebani anak-anak dengan beban di luar kemampuan mereka. Dalam Perang Uhud, beliau menolak keinginan beberapa anak untuk ikut bertempur karena mereka masih kecil. Beliau sangat memperhatikan kebutuhan anak-anak dan sering meluangkan waktu untuk bermain bersama mereka.

Kasih sayang Rasulullah ﷺ melebihi kasih sayang seorang ayah biasa. Suatu ketika, Abu Bakar ingin menampar putrinya, ‘Aisyah, karena mendengar suara kerasnya kepada Rasulullah ﷺ. Namun, niat tersebut dihentikan oleh Rasulullah ﷺ yang menunjukkan kelembutan hatinya. Beliau memahami karakter perempuan dan psikologi anak-anak.

Sebagai suami, Rasulullah ﷺ juga dikenal lemah lembut dan tak ragu untuk membantu pekerjaan istrinya. ‘Aisyah menjelaskan bahwa Nabi biasa menjahit pakaiannya dan melakukan pekerjaan rumah lainnya. Beliau mengajarkan kepada para sahabat untuk memperlakukan istri dengan baik, sebagaimana diriwayatkan dalam hadits bahwa wanita adalah laksana tawanan.

Rasulullah ﷺ juga berpesan kepada para suami agar bersabar menghadapi sikap wanita yang mungkin kurang disukai. Dalam sabdanya disebutkan:

لاَ يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِىَ مِنْهَا آخَرَ

“Janganlah marah seorang pria mukmin kepada seorang wanita mukmin. Jika tidak menyukai satu perangai darinya, maka sukailah perangai lainnya” (Muslim dan Ahmad).

Dengan demikian, keluhuran akhlak Rasulullah ﷺ patut diteladani oleh para suami dan ayah. Semoga kita dapat mengikuti contoh beliau dalam menjalankan peran kita sebagai ayah dan suami dalam keluarga.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 10

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?