- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Proses Pernikahan Nabi Muhammad dan Sayyidah Khadijah

Google Search Widget

Nafisah binti Munyah merupakan sahabat dekat Sayyidah Khadijah yang memiliki peran penting dalam terwujudnya pernikahan Nabi Muhammad dengan Khadijah. Suatu ketika, Khadijah curhat kepada Nafisah tentang perasaannya terhadap Nabi Muhammad. Ia merasa ragu dan minder karena perbedaan status dan usia yang mencolok.

Nafisah berhasil meyakinkan Khadijah bahwa ia adalah sosok yang pantas untuk Nabi Muhammad. Sayyidah Khadijah dikenal sebagai seorang saudagar sukses dan perempuan terhormat di Makkah. Dengan cerdik, Nafisah merencanakan langkah selanjutnya dengan menemui Nabi Muhammad dan menyampaikan perasaan Khadijah.

“Muhammad, aku Nafisah binti Munyah. Aku datang membawa kabar tentang seorang perempuan agung, suci, dan mulia. Ia sangat cocok denganmu. Jika kamu mau, aku bisa menyebut namamu di hadapannya,” ungkap Nafisah kepada Nabi Muhammad, seperti dikutip dari buku Bilik-bilik Cinta Muhammad.

Setelah menyampaikan ‘lamaran’ tersebut, Nafisah tidak meminta jawaban langsung dari Nabi Muhammad. Ia memberi waktu bagi Nabi untuk merenungkan hal ini, yang menjadi awal perjalanan cinta antara Nabi Muhammad dan Sayyidah Khadijah.

Selanjutnya, baik Nabi Muhammad maupun Sayyidah Khadijah mendiskusikan hal ini dengan keluarga masing-masing. Setelah mempertimbangkan dengan matang, kedua keluarga sepakat untuk melangsungkan pernikahan.

Nabi Muhammad diantar oleh pamannya, Abu Thalib dan Hamzah, menuju rumah Sayyidah Khadijah. Mereka disambut oleh paman Khadijah, Amr bin Asad. Abu Thalib, sebagai juru bicara Nabi Muhammad, menyampaikan khutbah mengenai maksud kedatangan mereka.

Dalam khutbahnya, Abu Thalib mengungkapkan rasa syukur kepada Allah yang telah menjadikan mereka keturunan Ibrahim dan pemelihara rumah-Nya. Ia memperkenalkan Nabi Muhammad sebagai sosok terhormat dari Quraisy, meski memiliki harta yang sedikit. Namun, ia menegaskan bahwa harta adalah sesuatu yang sementara.

Khutbah lamaran tersebut dijawab oleh Amr bin Asad dengan sebuah perumpamaan tentang unta jantan yang tidak dipotong hidungnya, simbol dari keturunan baik. Riwayat lain menyebutkan bahwa Waraqah bin Naufal juga menyambut khutbah tersebut dengan pujian terhadap keluarga Nabi Muhammad.

Waraqah menegaskan bahwa mereka adalah pemuka masyarakat Arab dan mendukung hubungan ini. Ia kemudian menyatakan bahwa Khadijah binti Khuwailid telah dinikahkan dengan Muhammad putra Abdullah dengan mahar 400 dinar.

Setelah mendengar pernyataan Waraqah, Abu Thalib meminta agar Amr bin Asad juga berkhutbah untuk menegaskan pernikahan tersebut. Amr pun bersaksi bahwa ia telah menikahkan Muhammad bin Abdullah dengan Khadijah binti Khuwailid di hadapan para pemuka Quraisy. Dengan demikian, resmi sudah Nabi Muhammad dan Sayyidah Khadijah menjadi suami-istri.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?