Rasulullah dikenal sebagai sosok yang bijak dan adil. Kebenaran baginya adalah prinsip yang tidak terpengaruh oleh siapa pun, baik itu umat Islam maupun non-Muslim. Ia selalu menempatkan keadilan di atas segala golongan. Sering kali, orang-orang berlaku adil hanya ketika situasi mendukung mereka atau kelompoknya. Namun, tidak demikian halnya dengan Rasulullah. Ia memperlakukan semua orang dengan adil, tanpa memandang latar belakang.
Dalam suatu kisah, terjadi perselisihan antara seorang Muslim dan seorang Yahudi. Ketika seorang Yahudi menawarkan barang dagangannya, seorang Muslim merespons dengan ucapan yang membuatnya marah. Merasa tersinggung dengan pujian yang diberikan Yahudi kepada Nabi Musa as., Muslim tersebut menamparnya. Tidak terima dengan perlakuan itu, Yahudi tersebut melaporkan kejadian ini kepada Rasulullah.
Menariknya, Rasulullah justru membela Yahudi tersebut. Ia menegur Muslim yang berbuat kasar dan meminta penjelasan mengenai tindakannya. Rasulullah kemudian menjelaskan pentingnya untuk tidak membandingkan dirinya dengan nabi-nabi sebelumnya. Ia mengibaratkan para nabi sebagai bangunan rumah, di mana masing-masing memiliki peran penting dalam menyampaikan ajaran tauhid. Rasulullah adalah ‘ubin’ yang menyempurnakan bangunan itu dan ditunjuk sebagai penutup para nabi.
Pesan ini menekankan bahwa kita harus menghormati semua nabi tanpa melebihkan satu sama lain. Dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah menjelaskan bahwa semua nabi adalah saudara, meskipun memiliki ibu dan ayah yang berbeda. Dengan demikian, pemahaman akan keadilan dan penghormatan kepada semua nabi menjadi landasan penting dalam ajaran Islam.