Abu Ishaq, yang lebih dikenal sebagai Sa’ad bin Abi Waqqash, adalah salah satu sahabat Rasulullah yang memiliki kontribusi besar dalam dakwah Islam. Ia adalah putra dari Abi Waqqash dan termasuk golongan pertama yang memeluk Islam pada usia 17 tahun, bersanding dengan tokoh-tokoh seperti Khadijah, Abu Bakar, dan Ali. Sa’ad dikenal sebagai sosok yang berani, menjadi orang pertama yang melepaskan anak panah dalam peperangan dan juga yang pertama kali terkena anak panah.
Kisah menarik terjadi ketika Sa’ad memutuskan untuk memeluk Islam. Ibunya, yang sangat mengharapkan agar anaknya tetap mengikuti agama nenek moyangnya, marah dan mengancam akan mogok makan sampai mati jika Sa’ad tidak meninggalkan Islam. “Hai Sa’ad, kalau engkau tidak meninggalkan agamamu, maka aku tidak akan makan dan minum,” ancam ibunya. Hal ini menggambarkan betapa beratnya konsekuensi bagi seseorang ketika memilih untuk berpindah agama, terutama dalam konteks hubungan keluarga.
Meskipun ibunya terancam lemah karena mogok makan, Sa’ad tidak gentar dengan ancaman tersebut. Ia terus berusaha membujuk ibunya untuk mau makan, namun ibunya tetap menolak dan bersikeras akan mengembalikan Sa’ad ke jalan yang diharapkan. Dalam keadaan tertekan, Sa’ad pun memberikan ancaman balik kepada ibunya bahwa ia tidak akan keluar dari Islam, bahkan jika itu berarti ibunya meninggal karena tidak mau makan.
Akhirnya, keteguhan Sa’ad berhasil meluluhkan hati ibunya. Ia menunjukkan keyakinan penuh terhadap Islam, yang membuat ibunya akhirnya mau makan kembali. Peristiwa ini menjadi sebab turunnya Al-Qur’an Surat Luqman ayat 15, yang menekankan pentingnya berbuat baik kepada orang tua meskipun berbeda keyakinan.
Kisah Sa’ad bin Abi Waqqash ini menggambarkan bagaimana Allah menguji keimanan seseorang. Hanya mereka yang memiliki keyakinan yang kuat dan mencari kebenaran yang dapat mempertahankan iman mereka meskipun menghadapi berbagai tantangan.