- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Mencari Berkah dari Sisa Makanan Rasulullah

Google Search Widget

Di kalangan pesantren, sering kali kita melihat santri yang ‘berebut’ makanan atau minuman sisa dari kiainya. Tindakan ini tidak lain bertujuan untuk mencari berkah (ngalap barokah) dari sang kiai. Ada keyakinan kuat bahwa apa yang melekat pada kiai dapat membawa keberkahan. Namun, ada juga yang berpendapat bahwa hal ini terlalu berlebihan dan mengkultuskan kiai.

Fenomena ini sebenarnya sudah ada sejak zaman Rasulullah. Salah satu sahabat yang melakukannya adalah Ummu Sulaim. Dalam sebuah hadits riwayat Muslim dari Anas, disebutkan bahwa Rasulullah merupakan saudara dari Ummu Sulaim karena beliau adalah bibi sesusuan Ummu Sulaim. Rasulullah sering berkunjung ke rumahnya, kadang beliau menemukan Ummu Sulaim di rumah dan kadang tidak. Dalam satu kesempatan, saat Rasulullah tertidur di rumah Ummu Sulaim, ia menemukan sepotong tulang dengan sedikit daging yang tersisa. Dia menyadari bahwa itu adalah sisa makanan dari Rasulullah dan segera memisahkan daging tersebut untuk disimpan di tempat kesayangannya.

Ketika Ummu Sulaim melakukan hal itu, Rasulullah terbangun dan menanyakan apa yang sedang dilakukannya. Ummu Sulaim menjawab, “Ya Rasulullah, aku mengharap berkahnya untuk anak-anakku.” Ia berniat memberikan sisa makanan tersebut kepada anak-anaknya dengan harapan mendapatkan berkah. Mendengar jawaban itu, Rasulullah tidak melarangnya dan bahkan berkata bahwa Ummu Sulaim akan mendapatkan keberkahan dari sisa makanan tersebut.

Perdebatan mengenai mencari berkah dari kiai masih berlangsung hingga kini. Banyak yang berpendapat bahwa mencari berkah boleh dilakukan kepada Rasulullah, tetapi tidak kepada yang lain, dan hal itu hanya berlaku saat Rasulullah masih hidup. Namun, pertanyaannya muncul: bukankah kiai atau ulama adalah pewaris nabi?

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?