- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Penyebaran Islam di Madinah dan Peran Pemuda

Google Search Widget

Penyebaran Islam di Madinah tidak terlepas dari peran penting pemuda setempat. Banyak dari mereka yang tertarik dan akhirnya memeluk Islam, seperti Suwaid bin Shamit, Iyas bin Muadz, dan Abu Dzar al-Ghifari. Pertanyaannya, mengapa pemuda Madinah begitu tertarik untuk masuk Islam? Jawabannya terletak pada strategi dakwah Rasulullah yang sangat efektif, yaitu menjalin komunikasi intens dengan pemuda-pemuda Yatsrib sebelum hijrah ke Madinah. Nabi Muhammad SAW melakukan pendekatan ini hampir empat tahun sebelum pindah ke Madinah, dengan bertemu perwakilan individu dan kabilah dari Yatsrib untuk mengenalkan ajaran Islam kepada mereka setiap musim haji.

Syekh Shafiyurrahman al-Mubarakfury dalam kitab Sirah Nabawiyah menjelaskan bahwa pada bulan Dzulqa’dah tahun ke-10 Kenabian, tepatnya awal Juli 619 Masehi, Rasulullah memulai strategi dakwah baru dengan menawarkan Islam kepada berbagai kabilah dan individu. Saat itu adalah musim haji, sehingga banyak peziarah yang datang ke Mekkah untuk beribadah di Ka’bah.

Momentum haji ini menjadi kesempatan yang tepat untuk memperluas jangkauan dakwah Islam. Rasulullah menyadari bahwa ini adalah peluang besar untuk berdakwah kepada individu dan kabilah di luar Mekkah, setelah sebelumnya mengalami penolakan dari sebagian besar penduduk Mekkah. Strategi ini akhirnya membuahkan hasil, karena beberapa penduduk Madinah mulai tertarik untuk memeluk Islam, mayoritas di antaranya adalah anak muda.

Salah satu contohnya adalah Suwaid bin Shamit, seorang penyair cerdas yang dijuluki al-Kamil dalam kabilahnya. Ia datang ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan umrah, dan saat bertemu dengan Rasulullah, ia diajak berbincang mengenai Islam. Setelah mendengar ajaran Nabi dan keindahan Al-Qur’an, Suwaid bin Shamit pun memeluk Islam pada tahun ke-11 kenabian. Sebagai sahabat Nabi, Suwaid berperan penting dalam menyebarkan ajaran Islam di Madinah, bahkan sebelum hijrah.

Iyas bin Muadz juga merupakan sahabat Nabi yang masuk Islam pada musim haji tahun 620 Masehi. Pada saat itu, Iyas dan temannya Anas bin Rafi pergi ke Mekkah untuk meminta bantuan kaum Quraisy dalam perang antara suku Aus dan Khazraj. Di sana, mereka bertemu dengan Rasulullah yang membacakan ayat-ayat Al-Qur’an. Tertarik dengan ajaran yang disampaikan, Iyas mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi salah satu orang pertama dari Madinah yang memeluk Islam.

Abu Dzar al-Ghifari, yang juga merupakan sahabat Nabi, memasuki Islam pada periode Makkah sebelum hijrah. Saat menggembalakan kambing di padang pasir, ia bertemu dengan Suwaid bin Shamit dan Iyas bin Muadz yang telah lebih dulu masuk Islam. Setelah mendengar penjelasan tentang keesaan Allah dan ajaran-ajaran Islam lainnya, Abu Dzar langsung mengucapkan syahadat dan kembali ke kampung halamannya untuk mengajak keluarganya memeluk Islam.

Pada bulan Juli tahun 620 Masehi, Nabi Muhammad melanjutkan strategi dakwahnya dengan mendekati enam pemuda dari suku Khazraj di Mina. Mereka sudah mendengar tentang Nabi dari sekutu-sekutu Yahudi di Madinah. Setelah diperkenalkan oleh Nabi dan mendengarkan penjelasan tentang ajaran Islam, keenam pemuda tersebut menyatakan iman mereka kepada Allah SWT dan berjanji untuk menyebarkan ajaran Islam di kalangan masyarakat Madinah.

Komunikasi antara Nabi dan penduduk Yatsrib terus berlanjut. Pada musim haji berikutnya, sekitar 12 orang penduduk Yatsrib datang menemui Nabi di Aqabah untuk berbaiat dan berjanji mendukung dakwahnya. Setelah baiat aqabah pertama, Nabi mengirim Mush’ab bin Umair untuk mengajarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat Madinah. Dengan usaha Mush’ab yang giat, banyak penduduk Madinah yang akhirnya tertarik dan memeluk Islam.

Pada tahun ke-13 Hijriyah atau 622 Masehi, sebanyak 70 orang Yatsrib melakukan baiat aqabah kedua kepada Nabi. Baiat ini menjadi momen penting karena mereka berjanji untuk melindungi Nabi dan para sahabat dari segala ancaman. Peristiwa ini menjadi awal perpindahan Nabi Muhammad dan para pengikutnya dari Mekkah ke Madinah yang dikenal sebagai Hijrah.

Dengan adanya dukungan dari para pemuda yang sudah terlibat dalam dakwah, proses penerimaan ajaran Islam di Madinah berlangsung lebih mudah. Ketika Nabi Muhammad tiba di Madinah, penduduk menyambutnya dengan baik karena mereka dikenal sebagai masyarakat yang berhati lembut dan terbuka terhadap ajaran baru.

Akibatnya, pondasi yang kuat telah terbentuk bagi perkembangan Islam di Madinah. Dengan dukungan dari suku-suku di Yatsrib, Nabi Muhammad dapat melanjutkan dakwahnya dengan lebih efektif dan membangun komunitas Muslim yang solid di kota itu.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?