- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kecerdasan dan Kepekaan Sayyidina Ibnu Abbas

Google Search Widget

Dalam kitab Fathul Bārī, Imam Ibnu Hajar Al-‘Asqalani mencatat sebuah riwayat yang menarik tentang Sayyidina Ibnu Abbas. Ia menyampaikan bahwa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam pernah memasuki kamar mandi, dan saat itu Ibnu Abbas meletakkan seember air untuk beliau. Ketika Nabi keluar, beliau bertanya, “Siapa yang meletakkan ini?” Setelah diberitahu bahwa itu adalah Ibnu Abbas, Rasulullah mendoakan agar Ibnu Abbas diberikan pemahaman dalam agama.

Peristiwa ini terjadi di rumah Sayyidah Maimunah binti Al-Harits, istri Rasulullah dan bibi Ibnu Abbas dari pihak ibu. Sayyidah Maimunah adalah saudari kandung Lubabah binti Al-Harits, ibu Abdullah bin Abbas. Terdapat berbagai riwayat dan redaksi terkait doa Rasulullah untuk Ibnu Abbas, seperti “Allahumma ‘allimhul hikmah” dan “’alimhul kitāb”. Versi yang lebih lengkap datang dari riwayat Ahmad bin Hanbal yang berbunyi, “Allahumma faqihhu fiddīn wa ‘allimhut ta’wīl”.

Untuk memahami lebih dalam, kita perlu mengetahui usia Ibnu Abbas saat Rasulullah wafat. Dalam satu riwayat disebutkan bahwa ia berusia sepuluh tahun ketika itu. Ibnu Abbas sendiri menyatakan, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam wafat (saat) usiaku sepuluh tahun, dan aku sudah disunat.” Riwayat lain menyebutkan bahwa usianya saat itu lima belas tahun. Namun jelas bahwa Ibnu Abbas bergaul dengan Rasulullah sejak kecil, sehingga kisah di atas terjadi ketika ia masih anak-anak.

Kepekaan intelektual dan praktikal Ibnu Abbas terlihat dari sikapnya. Ia memahami bahwa seseorang yang masuk kamar mandi pasti membutuhkan air, terutama dalam konteks pada zaman itu di mana pengairan dilakukan secara manual. Sungguh luar biasa bahwa di usia belia, ia sudah menunjukkan kepekaan yang tinggi dan inisiatif untuk berbuat baik tanpa harus diperintahkan.

Hal ini menunjukkan kecerdasan laku dan pikiran yang membuat Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam terkesan. Ia dapat menginterpretasikan keadaan dengan baik dan bertindak sesuai dengan pemahamannya. Kemampuan memahami sesuatu tanpa instruksi tidak dimiliki oleh banyak orang; seringkali orang enggan untuk berpikir mendalam tentang lingkungan mereka.

Contoh lain dari kecerdasan atau kepekaan Ibnu Abbas terlihat saat ia shalat malam bersama Rasulullah. Ia berada di belakang, kemudian Nabi memosisikannya sejajar dengan beliau. Setelah shalat, Ibnu Abbas bertanya kepada Rasulullah, “Apakah pantas seseorang shalat sejajar denganmu, padahal engkau adalah Rasulullah?” Mendengar pertanyaan itu, Rasulullah berdoa agar Allah menambahkan pemahaman dan ilmu kepadanya.

Kecerdasan akhlak dan kesadaran sosial Ibnu Abbas sangat luar biasa. Ia sudah memikirkan adab dan etika yang pantas saat bersama Rasulullah. Ini semua tidak terlepas dari teladan yang diberikan oleh Nabi Muhammad, sehingga Ibnu Abbas mampu menyerap dan menerapkan nilai-nilai tersebut.

Setelah didoakan oleh Rasulullah, Sayyidina Abdullah bin Abbas terus mendampingi dan belajar dari beliau. Tidak mengherankan jika ia menjadi ahli Al-Qur’an yang sangat mumpuni. Ia berkata bahwa Rasulullah mendoakannya dengan banyak kebaikan dan menyebutnya sebagai “sebaik-baik penerjemah atau penafsir Al-Qur’an”.

Kisah ini mengingatkan kita untuk meluangkan waktu untuk belajar, merenung, dan mengambil pelajaran dari pengalaman hidup. Semoga kita dapat menumbuhkan semangat belajar sepanjang hayat.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 7

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?