Mu’tah merupakan kawasan bersejarah di Yordania yang menyimpan cerita heroik tentang perjuangan umat Islam melawan tentara Romawi yang sangat besar dan berbahaya. Salah satu pahlawan dalam pertempuran ini adalah Khalid bin Walid, yang dikenal dengan strategi cerdasnya.
Cerita ini dimulai ketika al-Harits bin ‘Umair al-Azdi, sebagai utusan Rasulullah, diutus untuk menyerukan dakwah kepada raja kota Bushra di Suriah. Dalam perjalanan, al-Harits disergap oleh Syurahbil bin ‘Amr al-Ghassani beserta kelompoknya. Ketika ditanya tujuannya, al-Harits dengan tegas menjawab bahwa ia adalah utusan Rasulullah. Sayangnya, ia menjadi korban dan dipenggal oleh musuh.
Kabar kematian al-Harits membuat umat Islam di Madinah marah. Rasulullah mengumpulkan para sahabat dan menunjuk pemimpin perang untuk menggantikan al-Harits. Zaid bin Haritsah, Ja’far bin Abi Thalib, dan Abdullah bin Rawahah terpilih sebagai panglima perang. Rasulullah mengingatkan mereka untuk bertindak sesuai dengan ajaran Islam dan tidak membunuh orang yang tidak terlibat dalam peperangan.
Sebanyak 300 umat Islam berangkat menuju medan perang, sementara Heraklius, Raja Romawi, mengumpulkan pasukan besar berjumlah 100 ribu tentara. Dalam situasi genting ini, beberapa prajurit mengusulkan untuk melapor kepada Rasulullah mengenai jumlah musuh yang besar. Namun Abdullah bin Rawahah menegaskan bahwa mereka berperang demi agama dan janji Allah, baik menang maupun kalah.
Pertempuran pun berlangsung sengit. Zaid bin Haritsah jatuh sebagai syahid di tengah pertempuran, diikuti oleh Ja’far bin Abi Thalib yang mengambil alih bendera perang meskipun harus kehilangan kedua tangannya. Ja’far berjuang hingga syahid dan Allah menggantikan tangannya dengan sayap di surga.
Setelah Ja’far, Abdullah bin Rawahah juga gugur setelah menghunus pedangnya melawan musuh. Meskipun berita mengenai mereka belum sampai ke Madinah, Rasulullah telah mengetahui jalannya pertempuran dan menyampaikan kabar duka tentang para syuhada.
Saat bendera perang berpindah ke Tsabit bin Aqwam, ia meminta musyawarah untuk memilih pemimpin baru. Khalid bin Walid akhirnya ditunjuk untuk memegang bendera perang. Dengan cerdas, Khalid mengubah formasi pasukan saat malam tiba untuk mengecoh musuh yang mengira bala bantuan datang. Strategi ini terbukti efektif dan umat Islam berhasil memenangkan pertempuran Mu’tah.
Dari kisah ini terdapat beberapa hikmah yang dapat diambil:
- Semangat pantang menyerah dalam menjunjung tinggi agama Allah akan mendatangkan pertolongan-Nya.
- Pentingnya merubah strategi dalam menghadapi permasalahan hidup; kerja keras harus diimbangi dengan kecerdasan.
- Menyiapkan beberapa solusi dalam menghadapi permasalahan, sebagaimana Rasulullah menunjuk beberapa panglima perang.
- Menghormati tempat ibadah umat lain meskipun dalam situasi genting, sesuai nasihat Rasulullah kepada pasukan.
Kisah Perang Mu’tah mengajarkan banyak nilai penting yang relevan untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.