- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kisah Hari ‘Aqabah dan Keteguhan Rasulullah saw

Google Search Widget

Pada suatu ketika, Siti ‘Aisyah r.a. bertanya kepada Rasulullah saw, “Adakah hari yang lebih berat bagimu daripada hari di perang Uhud?” Rasulullah saw menjawab bahwa hari terberat yang dialaminya, selain perang Uhud, adalah hari ‘Aqabah. Pada musim haji, beliau menawarkan diri untuk mendapatkan perlindungan dari kabilah-kabilah Tha’if agar misi dakwahnya dapat tersampaikan.

Perjalanan dari Makkah ke Tha’if sejauh 60 mil ditempuh dalam waktu lima belas hari berdakwah. Setiap orang yang ditemui di pasar dan tempat lainnya diajak untuk masuk Islam dan mengesakan Allah. Namun, puncaknya terjadi pada malam ‘Aqabah. Saat menawarkan diri kepada kabilah-kabilah di sana, Rasulullah saw dihadapkan pada penolakan keras dari tokoh mereka, Ibnu ‘Abdi Yalil ibn Kilab. Penolakan ini sangat memukul hati Rasulullah saw, yang merasa sedih dan bingung. Pengusiran dan lemparan batu oleh penduduk Tha’if membuat kakinya berdarah.

Setelah meninggalkan Tha’if, Rasulullah saw tidak menyadari arah perjalanannya hingga sampai di Qarnuats-Tsa‘alib, sekitar dua marhalah (48 mil atau 89,5 km) dari Makkah. Di tempat ini, Allah memberikan penghiburan kepada Rasulullah saw atas penderitaannya dengan mengutus malaikat Jibril.

Saat mengangkat kepalanya, Rasulullah saw melihat malaikat Jibril di atas awan. Malaikat itu memberitahu bahwa Allah mendengar apa yang dikatakan kaumnya dan mengutus malaikat penjaga gunung untuk diperintah sesuai keinginan Rasulullah saw. Malaikat penjaga gunung kemudian menawarkan untuk menimpakan kedua gunung kepada penduduk Tha’if jika itu yang diinginkan.

Dalam haditsnya, Rasulullah saw menjelaskan: “Aku berharap dari keturunan mereka, Allah mengeluarkan orang-orang yang menyembahkan Dia semata, tidak ada yang menyekutukan-Nya dengan apa pun.” Harapan ini ternyata terwujud. Dari keturunan penduduk Tha’if, banyak yang akhirnya memeluk Islam dan menjadi pembela agama Allah.

Dari kisah ini, terdapat sejumlah pelajaran yang dapat diambil:

  1. Beratnya penderitaan yang dialami Rasulullah saw saat menyebarkan dakwah di tengah masyarakat Arab.
  2. Keteguhan hati dan kegigihan Rasulullah saw dalam menyampaikan dakwah meski menghadapi penolakan.
  3. Perlindungan dan penghiburan Allah kepada Rasulullah saw dalam setiap ujian.
  4. Pengutusannya kepada malaikat penjaga gunung sebagai bentuk hiburan.
  5. Kasih sayang Rasulullah saw terhadap kaumnya meskipun mereka menyakiti hatinya.
  6. Kekuatan luar biasa yang diberikan kepada malaikat penjaga gunung.
  7. Keinginan Rasulullah saw untuk tidak menghancurkan kaum yang menolak dakwahnya.
  8. Perangai mulia Rasulullah saw yang patut dicontoh.
  9. Doa beliau untuk kaumnya meskipun telah berbuat salah, berharap akan ada dari keturunan mereka yang beriman kepada Allah.

Kisah ini menunjukkan betapa besar pengorbanan dan kasih sayang Rasulullah saw serta pelajaran berharga tentang kesabaran dan pengharapan dalam menghadapi tantangan.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 10

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?