Dalam Al-Quran, Nabi Isa a.s. mengucapkan selamat atas hari kelahirannya, sekaligus memohon keselamatan pada hari kematian dan hari kebangkitannya. Salah satu ulama yang menafsirkan hal ini adalah Prof. Quraisy Shihab. Dalam Surah Maryam ayat 33, tertulis:
وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
Artinya, “Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali).”
Nabi Isa a.s. mengucapkan selamat atas hari kelahirannya karena peristiwa tersebut telah terjadi, seperti yang tersirat dalam bentuk fi’il madhi. Sedangkan untuk hari kematian dan kebangkitannya, yang belum terjadi, ia memohon keselamatan, sebagaimana tersirat dalam bentuk fi’il mudhari.
Kisah kelahiran Nabi Isa a.s. juga sangat luar biasa. Menurut Al-Kalabi, keselamatan yang dimaksud di sini adalah keselamatan yang sudah diberikan. Saat dilahirkan, Nabi Isa a.s. selamat dari gangguan setan, sementara bayi lainnya biasanya terganggu oleh setan ketika lahir. Hal ini terjadi karena Allah memeliharanya dengan sempurna.
Sebelum kelahirannya, ibunda Nabi Isa, Maryam, juga mengalami hal yang luar biasa. Maryam, seorang gadis yang belum menikah, tiba-tiba hamil mengandung Nabi Isa tanpa adanya hubungan dengan laki-laki. Allah memilih Maryam untuk hamil dengan cara yang tidak lazim ini dan mengutus Malaikat Jibril yang menyerupai manusia untuk memberitahunya. Maryam pun berlindung kepada Allah dari gangguan tersebut, “Sesungguhnya aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih darimu,” seperti tercantum dalam Surah Maryam ayat 16 hingga 36.
Malaikat Jibril menjelaskan bahwa ia adalah utusan Tuhan untuk memberikan anugerah seorang anak laki-laki yang suci kepada Maryam. Ketika Maryam bertanya bagaimana mungkin ia memiliki anak laki-laki tanpa pernah ada seorang laki-laki pun yang menyentuhnya, Jibril menjawab bahwa hal itu sangat mudah bagi Tuhan dan merupakan tanda kebesaran-Nya bagi manusia.
Setelah mengetahui kehamilannya, Maryam mengasingkan diri ke tempat yang jauh. Tentunya kejadian ini berlangsung di Baitul Maqdis. Saat melahirkan, rasa sakitnya membuatnya bersandar pada pohon kurma sambil meratapi keadaan, “Oh, seandainya aku mati sebelum ini dan menjadi seseorang yang tidak diperhatikan.”
Namun, pertolongan Allah pun datang dengan Jibril yang menyeru agar Maryam tidak bersedih. Jibril memberitahunya bahwa Tuhan telah menjadikan anak sungai di bawahnya dan menyuruhnya untuk menggoyangkan pangkal pohon kurma agar buahnya jatuh. Segera setelah itu, pohon kurma berbuah dan Maryam dapat dengan mudah mengambilnya. Jibril juga memintanya untuk makan dan minum serta bersukacita. Jika ada orang yang bertanya, ia disarankan untuk mengatakan bahwa ia telah bernazar puasa bicara untuk Tuhan Yang Maha Pengasih.
Setelah melahirkan Nabi Isa, Maryam membawa bayi tersebut menemui kaumnya. Tindakannya itu mengundang keheranan, tuduhan, bahkan olokan dari mereka yang berkata, “Wahai Maryam, sungguh, engkau benar-benar telah membawa sesuatu yang sangat mungkar!” Bahkan ada yang menuduh bayi itu hasil dari perbuatan zina. Maryam hanya diam dan menunjuk kepada bayinya agar mereka bertanya langsung kepadanya.
Kaumnya lalu bertanya, “Bagaimana mungkin kami akan berbicara dengan anak kecil yang masih dalam ayunan?” Namun, Allah menunjukkan kuasa-Nya. Nabi Isa yang masih dalam ayunan dapat berbicara dan membela ibunya dari tuduhan kaumnya. Ia menegaskan bahwa dirinya adalah hamba Allah dan bukan anak Allah, melainkan seorang anak yang lahir tanpa ayah.
Pembelaan dan pernyataan Nabi Isa a.s. tersebut tertuang dalam Al-Quran:
إِنِّي عَبْدُ اللَّهِ آتَانِيَ الْكِتَابَ وَجَعَلَنِي نَبِيًّا، وَجَعَلَنِي مُبَارَكًا أَيْنَ مَا كُنْتُ وَأَوْصَانِي بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ مَا دُمْتُ حَيًّا، وَبَرًّا بِوَالِدَتِي وَلَمْ يَجْعَلْنِي جَبَّارًا شَقِيًّا، وَالسَّلَامُ عَلَيَّ يَوْمَ وُلِدْتُ وَيَوْمَ أَمُوتُ وَيَوْمَ أُبْعَثُ حَيًّا
“Sesungguhnya aku hamba Allah. Dia (akan) memberiku Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi. Dia menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada dan memerintahkan kepadaku (untuk melaksanakan) salat serta (menunaikan) zakat sepanjang hayatku, dan berbakti kepada ibuku serta Dia tidak menjadikanku orang yang sombong lagi celaka. Kesejahteraan semoga dilimpahkan kepadaku pada hari kelahiranku, hari wafatku, dan hari aku dibangkitkan hidup (kembali).”
Wallahu a’lam.