Dalam sejarah perjalanan dakwah Rasulullah ﷺ, tidak pernah beliau mempertentangkan antara Muslim dan non-Muslim dalam interaksi sosial. Selama dapat hidup berdampingan, tidak mengancam atau mengganggu keselamatan umat Muslim, Nabi tetap menghormati non-Muslim sebagai sesama manusia yang memiliki hak untuk dihargai. Allah SWT dalam Al-Qur’an berfirman:
وَلَقَدۡ كَرَّمۡنَا بَنِيٓ ءَادَمَ وَحَمَلۡنَٰهُمۡ فِي ٱلۡبَرِّ وَٱلۡبَحۡرِ وَرَزَقۡنَٰهُم مِّنَ ٱلطَّيِّبَٰتِ وَفَضَّلۡنَٰهُمۡ عَلَىٰ كَثِيرٖ مِّمَّنۡ خَلَقۡنَا تَفۡضِيلٗا
Artinya, “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al-Isra [17]: 70)
Ayat di atas menegaskan bahwa agama Islam memuliakan semua manusia, tanpa memandang latar belakang agama, baik Muslim maupun non-Muslim. Dalam catatan sejarah Islam, terdapat banyak non-Muslim yang memiliki kontribusi besar dalam membantu Rasulullah ﷺ menyukseskan dakwah. Beberapa di antaranya adalah Abu Thalib, Waraqah bin Naufal, dan Abdullah bin Uraiqith.
Abu Thalib adalah sosok yang sangat dekat dengan Rasulullah sejak kecil. Setelah wafatnya Abdul Muthalib, kakek Nabi, Abu Thalib menggantikannya sebagai pengasuh Nabi Muhammad. Kasih sayang yang diberikan kepada keponakannya melebihi anak-anak kandungnya sendiri. Pembelaannya kepada Nabi begitu besar hingga ia berani mempertaruhkan nyawanya. Meskipun diteror oleh kaum Quraisy dan diancam akan dibunuh jika tidak menghentikan aktivitas dakwah keponakannya, Abu Thalib tetap teguh. Ia bahkan pernah menggubah syair sebagai bentuk dukungan kepada Nabi:
وَاللّهِ لَنْ يَصِلُوْا اِلَيْكَ بِجَمْعِهِمْ * حَتَّى أُوَسِّدَ فِي التُّرَابِ دَفِيْنًا فَامْضِ لاَمْرِكَ مَا عَلَيْكَ غَضَاضَةٌ * أَبْشِرْ وَقِرْ بِذَاكَ مِنْكَ عُيُوْنًا
Artinya, “Demi Allah, mereka dan komplotannya takkan bisa menyentuhmu (Muhammad) sampai aku terbujur kaku terkubur di tanah. Lanjutkan perjuanganmu, engkau tak melakukan sesuatu yang hina. Berbahagialah dan tenteramkanlah hatimu.”
Meskipun sampai akhir hayatnya Abu Thalib belum menyatakan masuk Islam, ada sejumlah ulama yang berpendapat bahwa dia sempat mengucapkan dua kalimat syahadat saat detik-detik kewafatannya.
Waraqah bin Naufal adalah penganut agama Nasrani yang taat dan ajarannya masih murni dari syariat Nabi Ibrahim. Ia tidak menyembah berhala seperti mayoritas kaum Quraisy saat itu. Waraqah memiliki jasa besar terutama pada masa-masa awal Nabi menerima wahyu. Ketika Nabi baru saja berjumpa Malaikat Jibril untuk menerima wahyu pertama kali, Sayyidah Khadijah membawanya menemui Waraqah. Karena menguasai kitab-kitab suci terdahulu, Waraqah pun tahu bahwa orang yang dibawa Khadijah adalah sosok Nabi akhir zaman. Waraqah berhasil meneguhkan Nabi di awal karir dakwahnya. Ia menyatakan iman kepada Nabi dan bertekad akan berjihad bersamanya jika masih diberi usia panjang.
Abdullah bin Uraiqith juga merupakan sosok non-Muslim yang berjasa besar dalam perjalanan dakwah Nabi. Saat Nabi Muhammad dan Abu Bakar sedang melakukan hijrah menuju Madinah, keduanya menjadi incaran kafir Quraisy yang menjanjikan imbalan 100 ekor unta bagi siapa saja yang berhasil menemukannya. Tidak ada yang mengetahui keberadaan Nabi dan Abu Bakar kecuali beberapa orang, termasuk Abdullah bin Uraiqith. Karena Abdullah tahu jalan rahasia ke Madinah, Abu Bakar menyewa jasanya dengan syarat perjalanan mereka tidak bocor demi keselamatan nyawa keduanya. Berkat jasa Abdullah, Nabi dan Abu Bakar berhasil hijrah ke Madinah dengan selamat.
Demikianlah beberapa kisah non-Muslim yang memiliki kontribusi dalam dakwah Nabi Muhammad ﷺ. Dari kisah-kisah ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa Islam tetap menghormati non-Muslim sebagai sesama manusia dan mereka juga turut berperan dalam menyukseskan dakwah Islam. Wallahu a’lam.
Artikel ini merupakan hasil kerja sama antara NU Online dan UNDP