- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Keutamaan dan Kisah Sayyidina Husein

Google Search Widget

Selain dikenal dengan banyak keutamaan dan anjuran amalan sunah, bulan Sya’ban juga menyimpan sejumlah peristiwa bersejarah, salah satunya adalah kelahiran cucu Rasulullah, Sayyidina Husein. Sayyidina Husein adalah putra dari Ali bin Abi Thalib, khulafaur rasyidin keempat. Jika dirunut nasabnya, namanya adalah Husain bin Ali bin Abi Thalib bin Abdul Muthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf bin Qushay al-Qursy al-Hasyimi. Menurut az-Zubair, Husain lahir pada tanggal 5 Sya’ban tahun 4 H. (adz-Dzahabi, Nuzhatul Fudhalâ’, [tanpa penerbit], juz I, h. 269-270).

Qatadah dan Ibnul Atsir menyebutkan bahwa Sayidina Husein lahir satu tahun sepuluh bulan setelah saudaranya, Sayidina Hasan. (Ibnul Atsir, Usdul Ghâbah fî Ma’rifatish Shaḫâbah, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiyah, tanpa tahun], juz II, h. 27).

Banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan Sayyidina Husein. Salah satu keutamaannya adalah bahwa beliau merupakan keluarga Nabi (ahlul bait) yang paling mirip dengan Rasulullah. Dalam hadits disebutkan:

عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أُتِيَ عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ زِيَادٍ بِرَأْسِ الْحُسَيْنِ فَجُعِلَ فِي طَسْتٍ فَجَعَلَ يَنْكُتُ وَقَالَ فِي حُسْنِهِ شَيْئًا فَقَالَ أَنَسٌ كَانَ أَشْبَهَهُمْ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَكَانَ مَخْضُوبًا بِالْوَسْمَةِ

Dari Anas bin Mâlik ra, dia mengatakan: “Kepala Husein dibawa dan didatangkan kepada ‘Ubaidullah bin Ziyâd. Kepala itu ditaruh di bejana. Lalu ‘Ubaidullah bin Ziyâd menusuk-nusuk (dengan pedangnya) seraya berkomentar sedikit tentang ketampanan Husein. Anas mengatakan; ‘Di antara Ahlul-Bait, Husain adalah orang yang paling mirip dengan Rasulullah saw. Saat itu, Husein disemir rambutnya dengan wasmah (tumbuhan sejenis pacar yang condong ke warna hitam).” (HR Bukhari).

Hadits ini menjelaskan bahwa Husein bin Ali merupakan keluarga (ahlul bait) yang paling mirip dengan Rasulullah. Meski dalam riwayat az-Zuhri dijelaskan bahwa Sayyidina Hasan lebih mirip dibanding saudaranya, Husein. Namun bisa jadi, baik Hasan maupun Husein memiliki kemiripan yang lebih menonjol dengan Nabi dari sisi masing-masing.

Hal ini dijelaskan dalam hadits lain:

الحَسَنُ أَشْبَهَ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَا بَيْنَ الرَّأْسِ إِلَى الصَّدْرِ وَ الحُسَيْنُ أَشْبَهَ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ مَا كَانَ أَسَفَلَ مِنْ ذَلِكَ

Artinya: “Sayyidina Hasan lebih mirip dengan Rasulullah antara bagian kepala sampai dada, sementara Sayyidina Husein lebih mirip pada anggota badan di bawah itu.” (HR at-Tirmidzi dan Ibnu Hibban).

Selain Hasan dan Husein, para sahabat dari Bani Hasyim yang mirip dengan Rasulullah adalah Ja’far bin Abi Thalib, Abdullah bin Ja’far, Qutsam bin Abbas, Abu Sufyan bin Harits, dan Muslim bin ‘Aqil. Di luar Bani Hasyim ada Saib bin Yazid al-Muthalibi (kakek Imam Syafi’i), Abdullah bin Amir, dan Kabis bin Rabi’ah. (Ibnu Hajar, Fatḫul Bârî, [Riyadh: Tanpa Penerbit, 2001], juz VII, h. 119-120).

Keutamaan lainnya adalah bahwa Sayyidina Husein dan saudaranya, Sayyidina Hasan, adalah pimpinan para penduduk di surga. Hal ini pernah diungkapkan oleh Rasulullah dalam haditsnya:

الحسنُ والحُسينُ سيِّدَا شبابِ أهلِ الجنَّةِ وأبوهما خيرٌ منهما

Artinya: “Hasan dan Husein adalah dua pimpinan pemuda penduduk surga dan ayahnya (Ali bin Abi Thalib) lebih baik dari keduanya.” (HR at-Tirmidzi).

Menurut Nuruddin Mula al-Qari dalam Mirqâtul Mafâtîḫ, berdasarkan salah satu pendapat, maksud hadits di atas adalah Hasan dan Husein menjadi pemimpin seluruh penduduk surga selain para nabi dan khulafaur rasyidin. Sebab, semua penduduk surga berusia muda, tidak ada yang tua atau berusia dewasa (di atas muda). (Nuruddin Mula al-Qari, Mirqâtul Mafâtîḫ, [Beirut: Darul Kutub al-‘Ilmiah, 2001], juz XI, h. 314).

Rasulullah saw sangat mencintai kedua cucunya, Hasan dan Husein. Beliau pernah menegaskan bahwa siapa yang mencintai keduanya, maka beliau juga mencintai orang itu. Dalam hadits disebutkan:

عن أسامة بن زيد قَالَ: طَرَقْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ لَيْلَةٍ لِبَعْضِ الْحَاجَةِ، قَالَ: فَخَرَجَ إِلَيَّ وَهُوَ مُشْتَمِلٌ عَلَى شَيْءٍ لَا أَدْرِي مَا هُوَ، فَلَمَّا فَرَغْتُ مِنْ حَاجَتِي قُلْتُ: مَا هَذَا الَّذِي أَنْتَ مُشْتَمِلٌ عَلَيْهِ، فَكَشَفَ فَإِذَا حَسَنٌ وَحُسَيْنٌ عَلَى وَرِكَيْهِ فَقَالَ: " َذَانِ ابْنَايَ، وَابْنَا ابْنَتِي، اللَّهُمَّ أَنِّي أُحِبُّهُمَا فَأَحِبَّهُمَا وَ أُحِبُّ مَنْ يُحِبُّهُمَا

Dari Usamah bin Zaid, dia berkata, “Pada suatu malam saya menemui Rasulullah untuk satu keperluan. Kemudian beliau keluar menemuiku dengan kondisi mengenakan penutup yang aku tidak tahu. Ketika keperluanku sudah selesai, aku bertanya, ‘Penutup apa yang engkau pakai itu?’ Rasulullah pun membukanya, ternyata di dalamnya ada Hasan dan Husein (menggendong) di atas pinggang beliau.”

“Nabi lalu bersabda, ‘Ini adalah kedua anakku, kedua anak putriku. Ya Allah, sungguh aku mencintai keduanya, maka buatlah aku (tetap) mencintai keduanya dan aku mencintai orang yang mencintai keduanya.” (HR at-Tirmidzi).

Sayyidina Husein juga dikenal banyak melakukan puasa sunah dan shalat sunah, ibadah haji, serta bersedekah. Menurut Zubair dari Mush’ab, Sayyidina Husein pernah melakukan ibadah haji sebanyak 25 kali dengan berjalan kaki dari Madinah ke Makkah.

Sayyidina Husein wafat pada hari Jum’at atau Sabtu bertepatan hari ‘Asyura (10 Muharam) tahun 61 H atau 10 Oktober 680 M di Karbala, Irak. (Ibnul Atsir, juz II, h. 27). Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

March 7

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?