- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kebangkrutan di Akhirat: Pelajaran dari Hadis Nabi

Google Search Widget

Kebangkrutan tidak hanya dialami manusia ketika masih hidup di dunia, tetapi juga bakal dihadapi manusia saat mereka di akhirat. Riwayat tentang kebangkrutan manusia di akhirat dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw.

Ketika Rasulullah sedang duduk bersama para sahabat, beliau menyampaikan satu pertanyaan singkat pada mereka dalam suasana kekeluargaan. Para sahabat yang satu dengan yang lain nampak akrab, demikian juga dengan Nabi yang amat dicintai mereka. Nabi Muhammad bertanya kepada mereka:

أَتَدْرُونَ مَا الْمُفْلِسُ؟ قَالُوا الْمُفْلِسُ فِينَا مَنْ لَا دِرْهَمَ لَهُ وَلَا مَتَاعَ (رواه مسلم)

“Tahukah kalian, siapakah orang yang mengalami bangkrut berat di antara kalian?” Para sahabat menjawab, “Mereka adalah orang yang tidak memiliki suatu harta apa pun.” (HR. Muslim, No: 2581).

Para sahabat menjawab bahwa orang yang bangkrut berat adalah mereka yang tidak memiliki apa-apa, bahkan mereka yang memiliki uang karena usaha-usahanya terus-menerus rugi. Nabi kemudian meluruskan pendapat mereka, bahwa bangkrut yang disebutkan di atas baru tergolong bangkrut biasa, bukan bangkrut berat. Nabi menjelaskan:

فَقَالَ إِنَّ الْمُفْلِسَ مِنْ أُمَّتِي يَأْتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِصَلَاةٍ وَصِيَامٍ وَزَكَاةٍ وَيَأْتِي قَدْ شَتَمَ هَذَا وَقَذَفَ هَذَا وَأَكَلَ مَالَ هَذَا وَسَفَكَ دَمَ هَذَا وَضَرَبَ هَذَا فَيُعْطَى هَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ وَهَذَا مِنْ حَسَنَاتِهِ فَإِنْ فَنِيَتْ حَسَنَاتُهُ قَبْلَ أَنْ يُقْضَى مَا عَلَيْهِ أُخِذَ مِنْ خَطَايَاهُمْ فَطُرِحَتْ عَلَيْهِ ثُمَّ طُرِحَ فِي النَّارِ (رواه مسلم)

“Orang yang menderita bangkrut berat dari umatku adalah orang yang dibangkitkan di hari kemudian dengan membanggakan amal ibadahnya yang banyak, ia datang dengan membawa pahala shalatnya yang begitu besar, pahala puasa, pahala zakat, sedekah, amal dan sebagainya. Tetapi kemudian datang pula menyertai orang itu, orang yang dulu pernah dicaci maki, pernah dituduh berbuat jahat, orang yang hartanya pernah dimakan olehnya, orang yang pernah ditumpahkan darahnya. Semua mereka yang dianiaya orang tersebut, dibagikan amal-amal kebaikannya, sehingga amal kebaikannya habis. Setelah amal kebaikannya habis, maka diambillah dosa dan kesalahan dari orang-orang yang pernah dianiaya, kemudian dilemparkan kepadanya kemudian dicampakkannya orang itu ke dalam neraka.” (HR. Muslim, No: 2581).

Beberapa rombongan orang-orang yang pernah dianiaya menuntut segala perbuatan yang tercela dari penderita bangkrut itu, maka diambillah pahala orang itu untuk menutup kesalahan-kesalahan yang pernah dilakukannya dulu ketika hidup di dunia. Demikian banyaknya kesalahan dan dosa yang ia lakukan terhadap orang lain sehingga balasan pahalanya habis sama sekali. Setelah balasan pahala itu habis, masih banyak berdatangan orang-orang menuntut kepadanya. Namun karena kebaikan orang itu telah sirna, ia tidak dapat lagi menutupi kesalahannya.

Nasib penderita bangkrut berat itu amat celaka; orang-orang yang ia aniaya akhirnya menimpakan dosa perbuatan buruknya kepada orang itu. Dengan demikian pahala kebaikannya tidak tersisa sedikit pun, sedang keburukannya terus semakin bertumpuk. Selain dosanya sendiri ditimpakan padanya juga dosa orang lain yang pernah disakitinya dahulu. Orang itu akhirnya tercampakkan dalam kehidupan yang amat hina dan azab yang menyakitkan di akhirat.

Hadis Nabi di atas memperingatkan manusia agar terus melakukan koreksi diri. Sering kali manusia lalai dan begitu mudah mengoreksi serta mencari kesalahan serta dosa orang lain tanpa pernah mencari kekurangan pada diri sendiri. Manusia sering membanggakan banyaknya ibadah dan amal yang dilakukan tanpa sadar bahwa mereka juga melakukan berbagai macam dosa dan kesalahan. Manusia sering tidak menyadari bahwa perbuatan seperti menyakiti orang lain, menganiaya, menipu dan menyulitkan sesamanya adalah dosa besar yang bisa membuat mereka bangkrut di akhirat nanti.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 22

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?