- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Hijrah ke Ethiopia: Kisah Perjuangan di Tahun Kelima Nubuwah

Google Search Widget

Memasuki pertengahan atau akhir tahun keempat dari masa nubuwah, tekanan dari kaum musyrik terhadap umat Muslim semakin intens. Hari demi hari, situasi kian memburuk. Pada tahun kelima, umat Muslim mulai memikirkan cara untuk menghindari kekejaman musuh. Dalam kondisi yang penuh kesulitan ini, turunlah surat Az-Zumar yang memberi isyarat untuk hijrah.

قُلۡ يَٰعِبَادِ ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ رَبَّكُمۡۚ لِلَّذِينَ أَحۡسَنُواْ فِي هَٰذِهِ ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٞۗ وَأَرۡضُ ٱللَّهِ وَٰسِعَةٌۗ إِنَّمَا يُوَفَّى ٱلصَّٰبِرُونَ أَجۡرَهُم بِغَيۡرِ حِسَابٖ

Artinya: “Katakanlah: ‘Hai hamba-hamba-Ku yang beriman. Bertakwalah kepada Tuhanmu’. Orang-orang yang berbuat baik di dunia ini memperoleh kebaikan. Dan bumi Allah itu luas. Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10)

Setelah perintah hijrah tersebut, Rasulullah teringat kepada Raja Asshamah an-Najasy, seorang raja di Ethiopia yang terkenal adil dan bijaksana. Yakin akan mendapat perlakuan baik di negeri hijrah, beliau pun meminta beberapa orang Muslim untuk hijrah ke sana.

Peristiwa hijrah ini terjadi pada bulan Rajab tahun kelima dari masa nubuwah. Sebanyak 16 orang Muslim, terdiri dari 12 laki-laki dan 4 perempuan, berangkat hijrah dengan dipimpin oleh Utsman bin Affan. Salah seorang putri Rasulullah, Ruqayyah, juga ikut serta dalam rombongan ini.

Tentang Utsman dan Ruqayyah saat itu, Rasulullah bersabda:

إنهما أول بيت هاجر في سبيل الله بعد إبراهيم ولوط عليهما السلام

Artinya: “Mereka berdua adalah penduduk Baitul Haram pertama yang hijrah di jalan Allah setelah Ibrahim dan Luth.”

Untuk menghindari kecurigaan dari kaum Quraisy, rombongan hijrah pergi ke Ethiopia pada malam hari secara sembunyi-sembunyi. Perjalanan ke Ethiopia harus menyeberangi laut, dan beruntungnya ketika hendak menyeberang di pelabuhan Syaibah ada dua kapal tujuan Ethiopia. Rombongan pun menggunakan moda tersebut. Sementara itu, orang-orang Quraisy yang sempat memergoki aksi mereka terlambat mengejar.

Pada bulan Ramadhan di tahun yang sama, Rasulullah bertemu dengan para pembesar Quraisy dan membacakan surat An-Najm di hadapan mereka. Setiap orang yang mendengar lantunan ayat tersebut terpesona dengan keindahannya. Ketika Rasulullah sampai pada ayat terakhir surat An-Najm:

فَٱسۡجُدُواْۤ لِلَّهِۤ وَٱعۡبُدُواْ۩

Artinya: “Maka bersujudlah kepada Allah dan sembahlah (Dia).” (QS. An-Najm [53]: 62)

Orang-orang Quraisy yang mendengarnya tiba-tiba tertunduk sujud. Kabar sujudnya orang musyrik sampai ke telinga rombongan Muslim yang berada di Ethiopia. Namun informasi tersebut keliru diartikan sebagai tanda bahwa orang musyrik telah memeluk Islam. Gembira akan hal ini, rombongan pun kembali ke Makkah pada bulan Syawwal.

Sebelum tiba di Makkah, mereka menyadari kekeliruan informasi tersebut. Sebagian kembali lagi ke Ethiopia sementara yang lain tetap memasuki kota Makkah secara sembunyi-sembunyi.

Setelah kejadian itu, ditambah beberapa orang Muslim yang berhasil meloloskan diri untuk hijrah, kaum musyrik semakin kejam dalam melakukan penindasan. Hingga akhirnya Rasulullah menyuruh umat Islam untuk melakukan hijrah kedua ke Ethiopia demi keselamatan nyawa mereka. Hijrah kedua ini terdiri dari 83 laki-laki dan 18 atau 19 perempuan.

Sesampainya rombongan hijrah gelombang kedua di Ethiopia, mereka mendapat sambutan hangat dan perlindungan dari penduduk setempat. Mengetahui hal ini, kaum musyrik mengutus Amr bin Ash dan Abdullah bin Rabi’ah (sebelum keduanya masuk Islam) untuk melobi sang raja agar mengusir kaum Muslim dengan iming-iming hadiah.

Kedua utusan kaum musyrik ini terus menghasut sang raja hingga akhirnya sang raja meminta penjelasan langsung dari pihak Muslim tentang duduk permasalahan sebenarnya. Ja’far bin Abu Thalib pun datang sebagai juru bicara kaum Muslim. Setelah Ja’far panjang lebar menjelaskan, sang raja lebih percaya pada kaum Muslim dan mengusir kedua utusan kaum musyrik tersebut.

Ketika itu Ja’far diminta untuk menjelaskan perihal Nabi Isa sesuai permintaan sang raja. Jika penjelasan Ja’far sesuai dengan keyakinan raja, maka kaum Muslim akan tetap mendapatkan perlindungan. Namun jika sebaliknya, sang raja akan mengusir mereka.

Ja’far menjelaskan perihal Nabi Isa sesuai penjelasan perspektif agama Islam. Setelah mendengar penjelasan Ja’far, sang raja mengiyakan semua yang dikatakannya. “Demi Allah, Isa bin Maryam tak berbeda jauh dengan apa yang engkau katakan seperti potongan dahan ini,” ujar sang raja.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

April 24

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?