Sahabat Nabi Muhammad saw juga mengalami dinamika persahabatan seperti kita. Salah satu contoh adalah perseteruan antara sahabat Abu Dzar ra dan Bilal ra. Kedua sahabat ini pernah terlibat adu mulut yang berakhir dengan makian rasis dari Abu Dzar ra kepada Bilal ra.
Ketika Abu Dzar ra melontarkan kata-kata “Dasar hitam” kepada Bilal ra, hal ini sangat menyinggung perasaannya, meskipun pada awalnya Bilal ra tidak mempermasalahkan cekcok tersebut. Bilal ra kemudian mengadu kepada Rasulullah saw mengenai ucapan rasis tersebut.
Rasulullah saw menanggapi laporan tersebut dengan bijak dan menegur Abu Dzar ra, “Abu Dzar, di benakmu masih tersimpan keangkuhan Jahiliyah.” Mendengar teguran ini, Abu Dzar ra merasa sangat menyesal dan menjatuhkan diri di tanah, bersumpah untuk tidak mengangkat kepalanya sebelum Bilal ra menginjak pipinya sebagai bentuk penebusan.
Kisah ini diangkat oleh Imam Al-Qusyairi dalam karya “Ar-Risalatul Qusyairiyah,” pada bab khusyuk dan tawadhu. Al-Qusyairi menyoroti bahwa rasisme merupakan bentuk keangkuhan dan superioritas berdasarkan ras, yang lazim terjadi pada masa jahiliyah. Pandangan rasisme ini bertentangan dengan prinsip kesetaraan manusia dalam Islam.
Allah SWT menyebutkan pentingnya keragaman manusia untuk saling menghormati dalam Surat Al-Hujurat ayat 13:
$ text{يَاأَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ} $
Artinya, “Wahai manusia, sungguh Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kalian saling mengenal. Sungguh orang yang paling mulia di antara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kalian,” (QS Al-Hujurat: 13).
Rasulullah saw juga pernah menasihati Abu Dzar ra untuk tidak memiliki pandangan rasisme atau superioritas berdasarkan ras atau warna kulit sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad:
$ text{عَنْ أَبِي ذَرٍّ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ لَهُ انْظُرْ فَإِنَّكَ لَيْسَ بِخَيْرٍ مِنْ أَحْمَرَ وَلَا أَسْوَدَ إِلَّا أَنْ تَفْضُلَهُ بِتَقْوَى} $
Artinya, “Dari Abu Dzar ra, Nabi Muhammad saw berpesan kepadanya, ‘Perhatikan (wahai Abu Dzar)! Sungguh kamu tidak lebih baik (di sisi Allah) dari mereka yang berkulit merah atau berkulit hitam kecuali bila kamu melebihi mereka dalam ketakwaan,'” (HR Ahmad).
Hal ini menunjukkan bahwa Islam menolak pandangan rasisme atau superioritas berdasarkan ras atau warna kulit. Islam tidak membedakan, mengistimewakan, atau menjadikan manusia sebagai warga kelas dua berdasarkan ras atau warna kulit. Wallahu a’lam.