- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Keteladanan Nabi Muhammad saw dalam Kehidupan Sehari-hari

Google Search Widget

Nabi Muhammad saw memang mengemban amanah risalah dan nubuwah dari Allah. Namun, beliau juga manusia biasa yang terlibat dalam aktivitas keseharian di rumah tangganya.

Meskipun memiliki pangkat yang tinggi, Nabi Muhammad saw tidak memosisikan diri sebagai priyai atau bangsawan dalam sistem masyarakat kasta. Dengan derajat yang demikian, beliau tidak merasa penting dan superior sehingga harus dilayani segala kebutuhan hariannya.

Di tengah kemuliaannya baik di mata manusia maupun di sisi Allah, Nabi Muhammad saw tetap menyiapkan kebutuhannya sendiri. Beliau menyelesaikan sendiri pekerjaan rumah tangganya sebagaimana keterangan banyak riwayat.

Imam Al-Qusyairi dalam risalahnya yang terkenal meriwayatkan bagaimana Rasulullah saw menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangganya sendiri. Imam Al-Qusyairi memasukkan riwayat ini ke dalam bab khusyuk dan tawadhu. (Al-Qusyairi, Ar-Risalatul Qusyairiyah, [Kairo, Darus Salam: 2010 M/1431 H], halaman 83).

Sahabat Abu Said Al-Khudri, seperti dikutip Al-Qusyairi, meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad saw menyiapkan sendiri pakan unta, menyapu rumah, mengesol sandal/sepatu, menambal pakaian, dan memerah susu kambing ternaknya.

Nabi Muhammad saw, kata Al-Khudri, tidak segan makan bersama pelayannya dan membantu mengadon tepung ketika pelayannya lelah. Beliau juga tidak malu memikul sendiri belanjaannya dari pasar ke rumah. (Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 83).

Nabi Muhammad saw tidak canggung untuk berjabat tangan dengan orang kaya dan orang miskin. Beliau selalu menjadi orang pertama yang menyapa dengan salam. Ia tidak merasa terhina diundang perjamuan meski hanya hidangan kurma dengan kualitas buruk.

Rasulullah dikenal sebagai orang pemurah dalam nafkah. Ia berakhlak halus, bertabiat mulia, bersikap ramah, berwajah cerah, tersenyum tanpa sampai tertawa, murung tanpa terlihat masam, dan rendah hati tanpa terlihat hina.

Rasulullah saw dikenal sebagai orang yang murah hati tanpa berlebihan, berhati lembut, ramah terhadap orang lain, tidak pernah sendawa karena kenyang, dan tidak pernah menadahkan tangan mengharap uluran tangan orang lain. (Al-Qusyairi, 2010 M/1431 H: 83). Wallahu a’lam.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

December 23

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?