- 
English
 - 
en
Indonesian
 - 
id

Kepemimpinan Umar bin Khattab dan Keadilan yang Menginspirasi

Google Search Widget

Ketika Sayidina Umar bin Khattab menjabat sebagai khalifah, ia tetap mempertahankan Khalid bin Walid sebagai Panglima. Tugas berat yang diemban Khalid saat kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq berlanjut, kali ini dengan misi menaklukkan kekuasaan Persia. Imperium besar yang pernah mengalahkan Kerajaan Romawi ini berhasil ditaklukkan Khalid di bawah arahan Umar bin Khattab.

Keberhasilan menaklukkan Persia disambut dengan meriah oleh seluruh pasukan. Namun, Khalifah Umar membuat keputusan yang mengejutkan dengan memecat Khalid. Umar adalah satu-satunya kepala negara yang berani mengambil langkah tersebut terhadap Panglima yang diakui hebat.

Dalam memoarnya, KH Saifuddin Zuhri mengungkapkan bahwa pemecatan ini didasarkan pada kekhawatiran Umar akan gejala dewa-dewakan Khalid oleh rakyat. Sang Khalifah juga memikirkan kepentingan pribadi Khalid, karena hal itu bisa merusak moral dan mentalnya sebagai manusia.

Meskipun dipecat, Khalid menerima kenyataan dengan lapang dada dan tetap setia mendampingi Khalifah Umar. Ketegasan Umar sudah dikenal luas. Suatu ketika, ia mendapatkan laporan bahwa putra Gubernur Mesir telah menempeleng seorang warga negara tanpa alasan yang jelas.

Umar segera memanggil Gubernur Amr bin Ash untuk mempertanggungjawabkan tindakan putranya. Di hadapan mereka, Umar menunjukkan ketegasannya dengan kata-kata yang terkenal: “Sampai kapan kalian memperbudak manusia, padahal mereka dilahirkan oleh ibu-ibu mereka dalam keadaan merdeka?”

Ketegasan Umar tidak berhenti di situ. Amr bin Ash berencana membangun masjid besar, tetapi untuk itu harus menggusur gubuk reot milik seorang Yahudi. Ketika Yahudi tersebut bersikeras tidak mau pindah, Gubernur tetap mengeluarkan perintah untuk menggusur.

Merasa tidak adil, Yahudi itu melapor kepada Khalifah Umar dan berangkat dari Mesir ke Madinah. Dalam perjalanan, ia merasa cemas membayangkan betapa megahnya istana Khalifah.

Sesampainya di Madinah, ia bertemu dengan seseorang yang sedang beristirahat di bawah pohon kurma. Ketika bertanya tentang Khalifah, ia terkejut mendengar bahwa istana Umar terletak di atas lumpur dan dikelilingi oleh orang-orang miskin. Saat bertemu langsung dengan Umar, Yahudi itu gemetar melihat sosok yang begitu berbeda dengan Gubernurnya.

Setelah mendengar keluhannya, Umar meminta Yahudi tersebut mengambil sepotong tulang unta dari tempat sampah dan menggambarkan garis lurus dengan ujung pedangnya di atasnya. Ia menyuruh Yahudi itu untuk menyampaikan pesan tersebut kepada Gubernur Amr bin Ash.

Setibanya di Mesir, Yahudi itu memberikan tulang tersebut kepada Amr bin Ash. Melihat garis lurus itu, Amr gemetar dan segera membatalkan penggusuran gubuk. Ia menyadari pesan dari Umar bahwa sebagai pemimpin, ia harus berlaku adil dan lurus.

Akhirnya, terinspirasi oleh keadilan yang ditunjukkan oleh Sayidina Umar, Yahudi itu menghibahkan gubuknya untuk pembangunan masjid dan memutuskan untuk masuk Islam. Kisah ini menunjukkan betapa besar pengaruh keadilan dan ketegasan Umar bin Khattab dalam menciptakan masyarakat yang lebih baik.

Google Search Widget
Copy Title and Content
Content has been copied.

November 21

Salam 👋

Apakah ada yang bisa kami bantu?