Pemuda merupakan tonggak penting suatu peradaban, di mana pun dan kapan pun. Hal ini juga berlaku pada zaman Rasulullah saw. Para sahabat Nabi, yang sebagian besar berusia muda, memiliki peran krusial dalam mendukung keberhasilan dakwah Islam.
Setelah ditinggal oleh ibu, bapak, dan kakeknya, Nabi Muhammad saw hidup bersama pamannya, Abdul Muthalib, sejak usia delapan tahun dua bulan hingga lebih dari empat puluh tahun. Menyadari kondisi perekonomian pamannya yang kurang stabil dan tanggung jawabnya untuk menghidupi istri serta beberapa anak, Nabi Muhammad meminta izin untuk menggembala kambing milik orang Makkah. Pada saat itu, Nabi berusia 25 tahun.
Selain menggembala kambing, masa muda Rasulullah juga dikenal sebagai pedagang. Ia menjajakan dagangan milik Siti Khadijah ke Syam, didampingi oleh Maisarah, hamba sahaya Khadijah. Dengan kejujuran dan tutur kata yang lembut, Nabi Muhammad berhasil menjual dagangannya dengan cepat dan mendapatkan keuntungan yang melimpah.
Etos kerja Nabi Muhammad saw di masa muda menjadi teladan bagi umatnya, terutama bagi para pemuda. Dengan memiliki profesi, Nabi mengajarkan pentingnya kemandirian. Dalam sebuah sabdanya, Nabi mengatakan:
لَأَنْ يَحْتَزِمَ أَحَدُكُمْ حُزْمَةَ حَطَبٍ فَيَحْمِلَهَا عَلَى ظَهْرِهِ فَيَبِيعَهَا خَيْرٌ لَهُ مِّنْ أَنْ يَسْأَلَ رَجُلًا يُعْطِيهِ أَوْ يَمْنَعُهُ
Artinya: “Seseorang di antara kamu membungkus seikat kayu bakar lalu dibawa di atas pundaknya, kemudian menjualnya, itu lebih baik baginya daripada meminta-minta pada seseorang, yang akan memberinya atau menolaknya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadits ini menegaskan bahwa mendapatkan penghasilan dari usaha sendiri lebih utama daripada meminta-minta. Nabi menyebutkan pekerjaan mencari kayu bakar karena profesi tersebut merupakan salah satu mata pencaharian sahabat pada masa itu.
Masa muda para sahabat Nabi juga sangat inspiratif. Dalam perjalanan dakwah, Rasulullah mendapat dukungan besar dari para sahabat yang masih muda. Beberapa contohnya adalah Abu Bakar, Ali bin Abi Thalib, dan Asma’ binti Abu Bakar.
Abu Bakar as-Shiddiq masuk Islam pada usia 37 tahun dan mendedikasikan hidupnya untuk mendukung dakwah Rasulullah. Ia adalah orang pertama yang masuk Islam dari kalangan laki-laki merdeka dan terpandang. Kebaikan hati dan dedikasinya membuatnya menjadi sahabat yang paling dicintai oleh Rasulullah. Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa ketika ditanya siapa orang yang paling dicintainya, Nabi menjawab Aisyah, kemudian ayahnya (Abu Bakar), dan setelah itu Umar bin al-Khattab.
Dedikasi Abu Bakar terhadap dakwah Islam terlihat dari banyaknya sahabat yang masuk Islam melalui bimbingannya, termasuk Utsman bin Affan pada usia 34 tahun, Abdurrahman bin Auf pada usia 30 tahun, Sa’ad bin Abi Waqash pada usia 17 tahun, Zubair bin Awwam pada usia 12 tahun, dan Thalhah bin Ubaidillah pada usia 13 tahun. Mereka semua menjadi pendukung penting dalam dakwah Islam.
Ali bin Abi Thalib juga menunjukkan dedikasi luar biasa terhadap dakwah Islam. Ia masuk Islam dalam usia sepuluh tahun dan terlibat dalam berbagai peristiwa penting untuk membela Rasulullah. Salah satu momen bersejarah adalah ketika ia menyamar sebagai Rasulullah untuk menyelamatkan nyawa Nabi dari ancaman kaum Quraisy yang ingin membunuhnya.
Asma’ binti Abu Bakar merupakan contoh lain dari pemuda yang berani mendukung dakwah Islam. Ia dengan berani mengirimkan makanan untuk Rasulullah dan Abu Bakar saat mereka bersembunyi di Gua Tsur. Keberaniannya juga terlihat saat ia disiksa oleh Abu Jahal karena menolak memberitahu tempat persembunyian ayahnya. Meskipun ditampar hingga anting-antingnya terlepas, Asma’ tetap bersikukuh untuk merahasiakan lokasi tersebut.
Saat Rasulullah dan Abu Bakar hendak hijrah ke Madinah, Asma’ juga turut berkontribusi dengan menyiapkan bekal untuk mereka berdua. Tanpa ikat bekal yang memadai, ia menggunakan selendang pengikat pinggangnya sebagai solusi. Dari peristiwa ini, Asma’ dijuluki Dzatun Nithâqain (pemilik dua potong kain ikat pinggang).
Demikianlah sebagian kisah semangat pemuda dan pemudi pada zaman Rasulullah saw. Masih banyak lagi cerita heroik lainnya dari para sahabat yang menunjukkan betapa mereka memberikan dukungan besar dalam misi dakwah Rasulullah.